Bagaimana watak bunga Mawar dan tanaman kaktus dalam cerita fiksi Mawar yang Sombong

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 9 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 13 to 23 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 30 to 33 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 37 to 40 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 44 to 50 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 57 to 78 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 85 to 95 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 99 to 104 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 108 to 111 are not shown in this preview.

Kisah Mawar Merah yang Sombong

Intisari-Online.com – Suatu hari di musim semi yang indah, mawar merah bersemi di hutan. Banyak jenis pohon dan tanaman tumbuh di sana. Mawar melihat sekelilingnya, pohon pinus di dekatnya berkata, “Bunga yang indah. Saya berharap saya adalah yang terindah.”

Pohon lain berkata, “Pinus sayang, jangan sedih, kita tidak bisa memiliki segalanya.”

Mawar membalikkan kepalanya dan berkata, “Tampaknya saya tanaman yang paling indah di hutan ini.”

Sebagang bunga matahari mengangkat kepala kuningnya dan berkata, “Mengapa kau mengatakan demikian? Di hutan ini ada banyak tanaman yang indah. Kau hanya salah satu dari mereka.”

Mawar merah menjawab, “Saya melihat semua tanaman menatap dan mengagumi saya.” Kemudian mawar memandang kaktus dan berkata, “Lihatlah tanaman jelek penuh duri ini!”

Pohon pinus berkata, “Mawar merah, bicara apa kau ini? Siapa yang mengatakan bahwa kau paling cantik? Kau juga memiliki duri.”

Mawar merah dengan bangga melihat pinus marah dan berkata, “Saya pikir Anda memiliki selera yang baik! Anda tidak tahu apa arti kecantikan sama sekali. Anda tidak bisa membandingkan duri saya dengan duri kaktus.”

“Bangga sekali dia,” pikir pohon pinus.

Mawar merah mencoba menggerakkan akarnya menjauh dari kaktus, tetapi tidak bisa bergerak.  Hari-hari berlalu, mawar merah setiap kali melihat kaktus selalu mengatakan hal-hal yang menghina, seperti tanaman apa ini tidak berguna? Betapa aku  menyesal menjadi tetangganya.

Kaktus tidak pernah marah, bahkan ia mencoba memberitahu mawar dengan mengatakan, “Tuhan tidak menciptakan bentuk kehidupan tanpa tujuan.”

Dikisahkan, di sebuah hutan rimba saat musim semi tiba, ada sebuah pohon mawar merah yang memekarkan bunganya di tengah sebuah hutan. Beberapa macam pohon dan tumbuhan lainnya juga hidup di sana. Melihat bunga mawar yang menengok kesana kemari, semua pohon dan tumbuhan memujinya. Pujian dari tanaman lain itu, membuat bunga mawar menjadi sombong.

Sebuah pohon cemara yang berada tidak jauh dari bunga mawar berkata.

”Sungguh indah bunga itu. Aku ingin menjadi seperti bunga itu.”

Kemudian Pohon Pisang berkata.

”Pohon cemara saudaraku, janganlah engkau bersedih, kita tidak mungkin bisa seperti dia.”

Bunga mawar itu menoleh dan berkata

”Sepertinya aku merupakan tumbuhan terindah di pekarangan ini.”

Kemudian Bunga matahari menyembul dengan kepalanya yang kuning dan bertanya pada bunga mawar.

”Kenapa engkau mengatakan hal itu? Di pekarangan ini banyak sekali tumbuhan yang indah. Kamu hanyalah salah satu dari mereka.”

Bunga mawar merah itu pun menjawab.

”Aku melihat setiap orang memandang ke arahku lalu memujiku.”

Kemudian ia melihat ke arah bunga kaktus dan berkata.

”Lihatlah tumbuhan jelek yang penuh duri itu!”

Pohon cemara yang mendengara ucapan bunga mawar pun memarahinya.

”Mawar merah, kamu ini bicara apa? Jangan sombong! Kamu pun juga berduri.”

Dengan sombongnya mawar merah itu berkata dengan amarah kepada cemara.

”Aku pikir kamu mempunyai selera yang bagus! Ternyata kamu sama sekali tidak tahu menahu tentang keindahan. Bahkan, kamu tidak dapat membedakan duriku dengan duri pohon kaktus itu.”

Tanaman lain itu mulai berpikir, bahwa si bunga mawar itu sombong. Mawar itu kemudian berusaha menggerakkan akarnya menjauhi kaktus, tapi tidak bisa.

Setelah beberapa hari berlalu, bunga mawar itu melihat ke arah kaktus dan mengatakan sesuatu bernada menghina.

“Bukankah pohon ini sangat tidak berguna? Aku sangat menyesal menjadi tetangganya”.

Namun, kaktus itu tidak pernah merasa terganggu, bahkan dia berusaha menasehati bunga mawar.

”Tidaklah Tuhan menciptakan suatu bentuk kehidupan tanpa guna, melainkan mempunyai sebuah tujuan.” Nasehat kaktus.

Musim semi telah berlalu, dan cuaca pun berubah menjadi sangat panas. Kehidupan di pekarangan menjadi sangat sulit, karena semua pepohonan dan binatang membutuhkan banyak air. Namun, tidak ada air hujan yang turun. Bunga mawar merah yang indah itu perlahan mulai menjadi layu.

Suatu hari bunga mawar itu melihat beberapa ekor burung pipit mencucukkan paruh mereka ke pohon kaktus, dan kemudian kembali terbang dengan tubuh yang segar. Hal ini sangat membuat bingung bunga mawar merah, lalu dia bertanya pada pohon cemara tentang apa yang sedang dilakukan oleh burung-burung itu.

“Burung-burung itu meminum air dari pohon kaktus.” Jawab pohon cemara.

”Bukankah sangat menyakitkan saat mereka membuat lubang di tubuh kaktus?” Tanya bunga mawar.

”Ya, akan tetapi pohon kaktus itu tidak suka jika melihat burung-burung itu menderita.” Jawab pohon cemara.

Dengan terkejut mata bunga mawar itu terbelalak, dan dia bertanya lagi kepada pohon cemara.

“Pohon kaktus itu mempunyai air?”

”Ya, dan kamu boleh minum darinya. Burung-burung pipit itu bisa membawakan air kepadamu jika kamu memang membutuhkan pertolongan dari pohon kaktus.” Jawab pohon cemara.

Bunga mawar itu merasa sangat malu untuk meminta air dari kaktus, karena ia sering menghina pohon kaktus. Namun, pada akhirnya ia meminta tolong kepada kaktus. Dengan baik hati, kaktus menyetujui permintaan bunga mawar. Kemudian burung-burung pipit itu memenuhi paruh mereka dengan air, kemudian burung-burung itu membawanya untuk mengairi akar pohon mawar. Karena itu, bunga mawar dapat bertahan melewati musim panas yang membuatnya layu. Sejak saat itu pula, bunga mawar tidak lagi menghina tanaman apa pun karena dia menyadari segala sesuatu memiliki tujuannya masing-masing.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA