Ilustrasi bendera Indonesia (Sumber: Pixabay) Sejarah Sumpah Pemuda dalam modul berjudul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3,4 dan 4,4 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan terbentuk pada dua momentum kongres. Begini sejarahnya: Kongres Sumpah Pemuda 1 Kongres Pemuda yang pertama diadakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1928. Kongres ini dihadiri oleh perwakilan-perwakilan dari Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra Bond Jong Ambon, Sekar Rukun Jong Batak dan para Pemuda Theosofi. Kongres pertama Sumpah Pemuda adalah mengedepankan tema pentingnya persatuan dan kesatuan para pemuda yang kemudian berdiri dalam satu payung untuk mencapai Indonesia merdeka. Sejumlah tokoh yang menjadi pembicara: - Sumarto, - M. Tabrani, - Muh. Yamin, - Bahder Johan, - dan Pinontoan. Meski ada kesepakatan untuk menerima dan mengakui cita-cita persatuan Indonesia, badan untuk mewadahi semua organisasi pemuda saat itu masih gagal terbentuk. Ini karena kesalahpahaman serta beda pendapat antara anggota kongres. Keputusan penting hasil dari Kongres Pemuda 1: 1. Semua perkumpulan pemuda harus bersatu dalam organisasi. 2. Perlu segera diadakannya Kongres Pemuda kedua. Kongres Sumpah Pemuda 2 Ada tiga rapat yang dihadiri oleh para pemuda di Kongres Pemuda Kedua. Rapat pertama, bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng), hari Sabtu, 27 Oktober 1928. Rapat dibuka oleh Ketua PPPI, Soegondo Djojopoespito. Dalam sambutan kongres Sumpah Pemuda adalah Soegondo mengatakan sangat berharap kongres bisa memperkuat semangat persatuan yang ada di dalam hati para pemuda peserta kongres, dan seluruh Indonesia nantinya. “Ia melanjutkan dengan menjelaskan lima faktor yang bisa membuat persatuan Indonesia menjadi lebih kuat, yakni sejarah, Bahasa, hukum adat, pendidikan dan kemauan yang kuat,” dijelaskan. Rapat kedua, bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop di tanggal 28 Oktober 1928. Rapat kedua ini banyak membahas seputar pendidikan. Di hari kedua ini yang jadi pembicara adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Kedua pembicara ini memiliki pendapat bahwa anak-anak harus mendapat pendidikan kebangsaan. Selain itu mereka mengutamakan pentingnya keseimbangan antara pendidikan sekolah dan di rumah. Rapat ketiga, sekaligus menutup kongres Sumpah Pemuda adalah mengambil tempat di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106. Di sini Sunario yang menjadi pembicara memberikan penjelasan akan pentingnya nasionalisme dan demokrasi mengiringi gerakan kepanduan. Ramelan yang ikut menjadi pembicara di rapat ketiga mengatakan gerakan kepanduan tidak boleh dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan yang ditanamkan sejak dini pada anak-anak bisa mendidik mereka untuk menjadi disiplin dan mandiri. Kedua hal tersebut sangatlah dibutuhkan dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Putusan Kongres Pemuda-pemuda Indonesia Pertama: Kedoea:
Ketiga: Bunyi ketiga keputusan kongres dalam Ejaan Bahasa Indonesia (ejaan terbaru yang digunakan pada masa kini):
Pertama: Kedua:
Ketiga: Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga.[1] Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[2] Berikut adalah nama-nama tokoh pemuda yang ikut dalam Kongres Pemuda tersebut;[3]
Peserta
Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.
|