Page 2
PEMIKIRAN DASAR : ALLAH SUMBER KESELAMATAN SEJATI Sejak semula Allah berkehendak menyelamatkan manusia bahkan semua ciptaan-Nya melalui berbagai cara dan berbagai kesempatan. Kesadaran akan Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia dan segala ciptaan-Nya seharusnya semakin mendorong manusia untuk semakin dekat dengan kehendak Allah. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani tanpa Allah. Banyak orang tidak lagi mengandalkan Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan. Kita dapat menemukan berbagai macam pandangan tentang sumber-sumber keselamatan. Beberapa pandangan tentang sumber keselamatan misalnya sebagai berikut.
Benarkah semua itu dapat dijadikan sumber keselamatan sejati? Bagaimana dengan pandangan kita sebagai orang beriman? Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri. Mari kita perhatikan beberapa kutipan teks Kitab Suci atau dokumen Gereja berikut ini, agar kita semakin yakin bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang maupun yang akan datang.
Demikian juga dengan diri kita, ada begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita. Allah telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita. Allah juga memberikan orang tua kepada kita, saudara, guru dan sesama yang peduli pada perkembangan hidup kita. Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Namun kenyataannya tidak semua orang mau menanggapi karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sejak kehadiran-Nya, Yesus sudah mengalami berbagai macam penolakan. Masih banyak orang yang tidak percaya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Penolakan manusia berpuncak pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Penolakan manusia terhadap karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak menghalangi kehendak Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia sepanjang masa. Karya penyelamatan Allah itu tetap berlangsung sampai sekarang dilanjutkan oleh para pengikut-Nya melalui berbagai karya pelayanan Gereja-Nya yang kudus. Semua itu menjadi tanda karya keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah. Bagi kita orang Katolik, terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan. Mengikuti perayaan-perayaan sakramen harus disadari bukan karena menunaikan kewajiban semata, tetapi kita menimba kembali sumber hidup. Maka kita harus selalu mnegikuti perayaan-perayaan sakramen dengan penuh iman. Selain dengan mengikuti perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci. Karena Allah telah mengasihi kita dan berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya belas kasih seperti yang dilakukan oleh ibu Teresa. Dalam melaksanakan tugas pelayanannya bagi orang-orang yang sakit, cacat dan mereka yang tersingkir di Calcuta, India, ibu Teresa melayani dengan penuh kasih tanpa memandang perbedaan. Baginya semua manusia adalah anak-anak Allah yang harus dikasihi secara total dengan penuh pengorbanan. Kita juga dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orangorang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya. Kepercayaan orang-orang Atena terhadap patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Paulus. Sikap orang-orang Atena tersebut juga dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah. Allah adalah sumber keselamatan sejati. Dan kita harus percaya Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan Akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang. Kita dapat bernapas dan hidup sampai sekarang itulah bukti karya keselamatan Allah yang dapat kita nikmati. Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Kita dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya. Belajar dari Kisah Rasul 17:16-34)
PEMIKIRAN DASAR : BERAGAMA SEBAGAI TANGGAPAN ATAS KARYA KESELAMATAN ALLAH Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka 2001). Sedangkan Dr. Franz Dahler mengartikan “agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana dia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.” Kendati tidak mungkin memberi suatu definisi umum mengenai agama, terdapat sejumlahgejala atau unsure yang pada umumnya didapat pada agama-agama. Di bawah ini lima unsur yang dapat kita temukan pada agama-agama yang ada, yaitu:
Hampir seluruh penduduk di dunia ini menganut agama tertentu. Perlu ditegaskan bahwa berbagai ungkapan yang menunjukkan bahwa manusia melakukan upacara, ibadat, dan sebagainya, memperlihatkan kepada kita bahwa manusia percaya akan Allah. Manusia percaya ada Pribadi yang luar biasa, yang kuat, yang jauh melebihi kemampuan manusia. Pribadi yang luar biasa itu sungguh misteri, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh manusia, tetapi dirasakan kehadiran dan pengaruhnya dalam hidup manusia sehari-hari. Manusia merasa seolah-olah Pribadi luar biasa itu selalu ingin mendekati dan menyatakan diri kepada manusia, dan sekaligus mendorong manusia untuk membangun hubungan dengan-Nya. Itulah yang mendorong manusia beragama. Dari uraian di atas kita dapat mengetahui alasan manusia menganut agama antara lain sebagai berikut:
Latar belakang yang menjadi alasan orang beragama tersebut tentu saja akan sangat menentukan bagaimana orang menghayati agama yang dianutnya. Pada kenyataannya masih banyak orang yang masih menghayati agama yang dianutnya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hal itu hanya berlaku di KTP saja sebagai identitas. Dengan alasan tersebut, orang akan merasa aman karena diakui statusnya. Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah. Hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dari Lukas 18:9-14
PEMIKIRAN DASAR: BERIMAN SEBAGAI TANGGAPAN ATAS KARYA KESELAMATAN ALLAH. WAHYU Dari kutipan di atas jelas bahwa wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi dengan manusia. IMAN Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, maka dari pihak manusia diharapkan tanggapan atas sapaan itu. Tanggapan ini disebut iman. Berdasarkan paham wahyu yang dikatakan dalam DV 2,4, Konsili mengatakan: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu …” (DV 5). Maka sebagaimana dalam paham wahyu ditekankan ciri pribadi dan dialogal, demikian pula ciri itu tampak jelas dalam hal iman. Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah. (Mgr. I. Suharyo Pr.). Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang iwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk (Katekismus Gereja Katolik art. 150). |