Bagaimana pandanganmu tentang sumber keselamatan sejati bagi hidupmu mengapa dalam Agama Katolik


  • Salah satu kerinduan setiap manusia yang paling dalam adalah memperoleh keselamatan bagi hidupnya. Bagi orang beriman, kerinduan untuk keselamatan berdasarkan iman akan Allah sebagai sumber keselamatannya yang pertama dan utama.
  • Tanda kasih Allah adalah keselamatan dalam Kristus itu lebar, panjang, dalam, dan tingginya melebihi apapun juga di dunia ini (Efesus 3:18).
  • Mengandung 4 arti penting :
    • Diselamatkan dari dosa & perbudakan. (Roma 10:1 dan Kisah Rasul 7:25)
    • Diselamatkan dari kehancuran & penghinaan. (Ibrani 10:1)
    • Diselamatkan dari tubuh yang menderita atau sakit. (Kisah Rasul 3:6, 4:10)
    • Diselamatkan dari segala kutuk dan maut, serta diselamatkan sampai dengan akhirnya. (Roma 13:11)Keselamatan tidak dibatasi hanya penebusan dan pengampunan dosa saja, tetapi secara lengkap mengandung b sebagai berikut.
  • Orang percaya yang sudah menerima Kristus telah, sedang dan akan diselamatkan. Bagi yang belum menerima keselamatan dalam arti yang sesungguhnya seperti 4 arti keselamatan di atas, maka mintalah, beriman, dan bersyukurlah.
  • Banyak orang pada zaman sekarang kurang memiliki relasi yang dekat dengan Allah. Banyak orang beranggapan bahwa hidup dapat dijalani tanpa Allah. Ada beberapa pandangan lain, diantaranya sbb.
    • Keselamatan bersumber pada barang duniawi
    • Keselamatan bersumber dari kekuatan gaib
    • Iptek sebagai sumber keselamatan
    • Keselamatan atau kebahagiaan bersumber pada hiburan yang tidak sehat
  • Beberapa contoh dalam kitab suci yang menunjukkan bahwa Allah menyemlamatkan manusia adalah :
    • Allah menyelamatkan manusia dengan menciptakan segala sesuatu (bdk. Kej 1-2).
    • Allah menyelamatkan manusia dalam perlajalanan hidupnya.
    • Allah menyelamatkan manusia dengan menghadirkan sesama.
  • Tanda keselamatan Allah yang paling nyata dan agung adalah kehadiran Yesus Kristus. Kehadiran Yesus Kristus menjadi perwujudan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya pada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
  • Ada berbagai sarana bagi manusia untuk menghayati Allah sebagai sumber keselamatan, salah satunya adalah Sakramen Ekaristi. Dengan mengikuti Sakramen Ekaristi dan menerima tubuh-Nya, kita disatukan dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Oleh karena itu, kita sebagai orang Katolik hendaknya merayakan Sakramen Ekaristi dengan sungguh-sungguh. Selain itu melalui doa, kita merasa dekat dengan Tuhan. Melalui bacaan kitab suci, kita makin mengenal dan memahami kehendak dan rencana keselamatan dari Allah. Dengan cara demikian maka kita menjadi sarana keselamatan Allah bagi orang lain.
  • Tanda cinta kasih Allah bagi keselamatan manusia
    • Alam semesta yang luas dan indah;
    • Orang-orang di sekitar kita yang memiliki niat baik dan mau bekerjasama dalam membangun dunia atau menjadi sarana keselamatan bagi orang lain.
  • Allah adalah sumber keselamatan bagi manusia dalam peristiwa hidupnya sehari-hari


Page 2

PEMIKIRAN DASAR : ALLAH SUMBER KESELAMATAN SEJATI
Setiap manusia selalu menginginkan keselamatan dalam hidupnya dan tidak seorang pun menginginkan hidupnya celaka. Berbagai usaha manusia dilakukan untuk mempertahankan hidupnya. Bagi orang beriman kerinduan untuk memperoleh keselamatan itu berdasar pada iman akan Allah sebagai sumber keselamatan yang utama dan terutama. Sejak semula Allah menghendaki agar hidup manusia selamat. Keselamatan itu ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat latar, belakang, suku atau kelompok tertentu karena dihadapan Allah semua manusia adalah sama. Semua manusia berharga di mata Allah.

Sejak semula Allah berkehendak menyelamatkan manusia bahkan semua ciptaan-Nya melalui berbagai cara dan berbagai kesempatan. Kesadaran akan Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia dan segala ciptaan-Nya seharusnya semakin mendorong manusia untuk semakin dekat dengan kehendak Allah. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani tanpa Allah. Banyak orang tidak lagi mengandalkan Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan. Kita dapat menemukan berbagai macam pandangan tentang sumber-sumber keselamatan. Beberapa pandangan tentang sumber keselamatan misalnya sebagai berikut.

  1. Keselamatan bersumber pada barang duniawi Keselamatan hidup diukur dari kemampuan seseorang mengumpulkan harta benda atau barang-barang duniawi. Harta benda duniawi menjadi jaminan keselamatan hidup. Orang yang memiliki anggapan seperti ini akan berusaha sekuat tenaga untuk mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala macam cara bahkan dengan cara menentang kehendak Allah. Mereka merasa tidak membutuhkan Allah lagi karena segala sesuatu di dunia ini dapat diatasi dengan harta yang dimilikinya.
  2. Keselamatan bersumber pada kekuatan gaib Dalam dunia modern ini kita masih menjumpai masyarakat yang menggantungkan keselamatan pada kekuatan gaib. Coba kita amati beberapa media cetak, pasti kita akan menemukan iklan yang menawarkan keselamatan hidup dengan menggunakan media benda-benda atau kalimat-kalimat tertentu yang dianggap mampu menjamin keselamatan hidup karena memiliki kekuatan gaib. Benda-benda atau mantra-mantra yang menyimpan kekuatan gaib ini dihormati dan dipuja dengan cara disimpan di tempat khusus, bahkan dengan upacara-upacara tertentu dengan korban sajian agar kekuatannya tidak hilang. Kekuatan gaib ini dianggap mampu menjauhkan malapetaka, memberikan rasa aman, dan memberikan jaminan keselamatan hidup. Kekuatan gaib dipuja sebagai sumber keselamatan sehingga kehendak Allah dilupakan.
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan Ada sebagian orang beranggapan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan. Mereka menggantungkan hidupnya pada kemajuan ilmu kedokteran dan alat-alat kesehatan. Penemuan-penemuan baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan semakin memberikan rasa aman terhadap hidupnya. Dengan kemajuan itu mereka merasa dapat memperpanjang usia hidupnya, mereka mulai lupa bahwa hidup dan mati adalah milik Allah. Tak ada seorang pun yang dapat melawan kehendak Allah. Mereka lupa bahwa Allah-lah yang memiliki kuasa atas hidup dan mati seseorang. Tak ada seorang pun yang mampu menghalangi Allah untuk memanggil kembali ciptaan-Nya ke dalam pangkuan- Nya.

Benarkah semua itu dapat dijadikan sumber keselamatan sejati? Bagaimana dengan pandangan kita sebagai orang beriman? Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri. Mari kita perhatikan beberapa kutipan teks Kitab Suci atau dokumen Gereja berikut ini, agar kita semakin yakin bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang maupun yang akan datang.

  1. “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain dari pada-Ku.” (Yes 43:11).
  2. “…tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku.” (Yes 45:21).
  3. “Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.” (Hos 13:4).
  4. “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” (1Tim 4:10).
  5. “Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” (Yud 1:25)
  6. “Allah yang sama adalah penyelamat dan Pencipta, Tuhan sejarah manusia dan sejarah keselamatan.” (GS 41) Dari beberapa kutipan teks di atas dapat kita simpulkan bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Dan kita harus percaya Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang. Kita bisa bernapas dan hidup sampai sekarang itulah bukti karya keselamatan Allah yang dapat kita nikmati. Namun seringkali manusia tidak menyadari karya keselamatan Allah dalam dirinya. Itulah sebabnya Allah kerap kali menyatakan diri-Nya kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukan kepada bangsa Israel. Berulang kali Allah menyatakan hal itu dalam berbagai kesempatan, misalnya saat bangsa Israel berada di pembuangan. Penderitaan yang dialami dalam masa pembuangan kerap kali membuat bangsa Israel tidak percaya kepada Allah, mereka menganggap seolah-olah Allah tidak peduli. Namun, Allah terus menerus menyatakan kepeduliannya terhadap keselamatan mereka dengan bertindak menolong mereka.

Demikian juga dengan diri kita, ada begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita. Allah telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita. Allah juga memberikan orang tua kepada kita, saudara, guru dan sesama yang peduli pada perkembangan hidup kita. Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).

Namun kenyataannya tidak semua orang mau menanggapi karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sejak kehadiran-Nya, Yesus sudah mengalami berbagai macam penolakan. Masih banyak orang yang tidak percaya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Penolakan manusia berpuncak pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Penolakan manusia terhadap karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak menghalangi kehendak Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia sepanjang masa. Karya penyelamatan Allah itu tetap berlangsung sampai sekarang dilanjutkan oleh para pengikut-Nya melalui berbagai karya pelayanan Gereja-Nya yang kudus.

Semua itu menjadi tanda karya keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah. Bagi kita orang Katolik, terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan. Mengikuti perayaan-perayaan sakramen harus disadari bukan karena menunaikan kewajiban semata, tetapi kita menimba kembali sumber hidup.

Maka kita harus selalu mnegikuti perayaan-perayaan sakramen dengan penuh iman. Selain dengan mengikuti perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci. Karena Allah telah mengasihi kita dan berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya belas kasih seperti yang dilakukan oleh ibu Teresa. Dalam melaksanakan tugas pelayanannya bagi orang-orang yang sakit, cacat dan mereka yang tersingkir di Calcuta, India, ibu Teresa melayani dengan penuh kasih tanpa memandang perbedaan. Baginya semua manusia adalah anak-anak Allah yang harus dikasihi secara total dengan penuh pengorbanan. Kita juga dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orangorang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.

Kepercayaan orang-orang Atena terhadap patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Paulus. Sikap orang-orang Atena tersebut juga dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah.

Allah adalah sumber keselamatan sejati. Dan kita harus percaya Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan Akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang. Kita dapat bernapas dan hidup sampai sekarang itulah bukti karya keselamatan Allah yang dapat kita nikmati.

Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).

Kita dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.

Belajar dari Kisah Rasul 17:16-34)

  1. Kepercayaan orang-orang Atena terhadap patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Paulus. Sikap orang-orang Atena tersebut juga dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah.
  2. Allah adalah sumber keselamatan sejati. Dan kita harus percaya Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan Akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang. Kita dapat bernapas dan hidup sampai sekarang itulah bukti karya keselamatan Allah yang dapat kita nikmati.
  3. Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).
  4. Kita dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.

PEMIKIRAN DASAR : BERAGAMA SEBAGAI TANGGAPAN ATAS KARYA KESELAMATAN ALLAH
Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya kekuatan yang gaib yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan terhadap kuasaiIlahi yang tertinggi ataupun Bapa. Kesadaran dan pengakuan itu meresapi kehidupan bangsa-bangsa tersebut dengan semangat religius yang mendalam. Demikian pula dengan nenek moyang kita sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama-agama besar dikenal, sudah ada upaya untuk mengungkapkan kepercayaan akan Allah yang menyelamatkan. Ungkapan kepercayaan itu dinyatakan dalam berbagai bentuk: mitos, upacara, dan sebagainya. Kita mengenalnya sebagai agama asli. Biasanya agama asli bersifat lokal, artinya hanya ada di wilayah tertentu. Di Indonesia banyak tersebar agama-agama asli, sebagian masih dianut oleh suku-suku tertentu, sebagian sudah terpengaruh oleh agama-agama besar. Agama-agama yang terdapat di seluruh dunia pada umumnya dengan berbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia yang terus-menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam: “apakah manusia, mengapa manusia hidup, mengapa ada penderitaan dan kesusahan, mengapa manusia bisa sakit, apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah kematian” dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Bagi manusia semua pertanyaan tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Pada akhirnya, manusia mempercayakan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang dianutnya.

Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka 2001). Sedangkan Dr. Franz Dahler mengartikan “agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana dia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.” Kendati tidak mungkin memberi suatu definisi umum mengenai agama, terdapat sejumlahgejala atau unsure yang pada umumnya didapat pada agama-agama. Di bawah ini lima unsur yang dapat kita temukan pada agama-agama yang ada, yaitu:

  1. Jemaat
    Yang pertama harus disebut adalah umat beragama sendiri. Umat beragama bukanlah kumpulan umat yang biasa. Yang mengikat mereka pada awalnya bukan organisasi, melainkan ikatan batin. Bagaimana ikatan batin itu digambarkan atau diterangkan, berbeda pada masing-masing agama. Biasanya umat beragama merasa dirinya dipersatukan bukan hanya atas inisiatif atau upaya para anggota. Tuhan sendirilah yang mempersatukan mereka.
  2. Tradisi
    Unsur kedua ini luas sekali dan mencakup beberapa unsur yang lain. Umumnya emua agama mempunyai sejarah. Khususnya sejarah awal dan tokoh-tokohnya, mempunyai arti yang khusus. Banyak agama mengenal nabi atau rasul atau pendiri agama. Salah satu unsur tradisi yang sangat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun temurun. Ajaran itu pada umumnya mengandung tiga bidang: ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat. Pada awalnya ajaran keselamatan mengenai Allah dan hubungan-Nya dengan manusia, kemudian mengenai sejarah dan organisasi, serta bagaimana melalui agama orang dapat bertemu dengan Allah dan diselamatkan. Ini merupakan bagian yang khusus untuk masing-masing agama. Ajaran moral sering bersifat lebih umum, karena mengambil alih banyak unsure dari kebiasaan etis masyarakat. Sebaliknya, ajaran mengenai ibadat biasanya sangat khusus dan kadang-kadang dipandang sebagai yang paling pokok. Tradisi ajaran itu biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku suci.
  3. Ibadat
    Walaupun ibadat ada dalam setiap agama, namun justru dalam ibadatlah nampak perbedaan antara agama. Ada yang melihat ibadat sebagai pertemuan antara Allah dan manusia. Ada juga yang membatasi ibadat pada ungkapan ketakwaan dan saling mengukuhkan iman. Ibadat adalah kegiatan manusia. Peraturan ibadat dan cara umat mengambil bagian dalam ibadat berbeda antara satu agama dengan agama yang lain.
  4. Tempat Ibadat
    Setiap agama memiliki tempat ibadat, sebutan, dan ciri yang berbeda-beda antara satu agama dengan agama lainnya. Tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang dikhususkan bagi pertemuan dengan Tuhan. Selain itu tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang suci.
  5. Petugas Ibadat
    Sebenarnya petugas ibadat itu suci, karena ibadat yang dilayani olehnya bersifat suci. Dalam hal ini ada perbedaan-perbedaan besar antara para petugas ibadat dari pelbagai agama.

Hampir seluruh penduduk di dunia ini menganut agama tertentu. Perlu ditegaskan bahwa berbagai ungkapan yang menunjukkan bahwa manusia melakukan upacara, ibadat, dan sebagainya, memperlihatkan kepada kita bahwa manusia percaya akan Allah. Manusia percaya ada Pribadi yang luar biasa, yang kuat, yang jauh melebihi kemampuan manusia. Pribadi yang luar biasa itu sungguh misteri, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh manusia, tetapi dirasakan kehadiran dan pengaruhnya dalam hidup manusia sehari-hari. Manusia merasa seolah-olah Pribadi luar biasa itu selalu ingin mendekati dan menyatakan diri kepada manusia, dan sekaligus mendorong manusia untuk membangun hubungan dengan-Nya. Itulah yang mendorong manusia beragama.

Dari uraian di atas kita dapat mengetahui alasan manusia menganut agama antara lain sebagai berikut:

  1. Menemukan jawaban
    Manusia sering menghadapi berbagai pertanyaan yang sulit dipecahkan oleh kemampuan akal-budinya. Ada banyak pertanyaan berkaitan dengan hidup manusia itu sendiri, seperti: dari mana manusia berasal, mengapa ada penderitaan atau bencana di dunia ini, kemana manusia sesudah ia mati?, dan sebagainya. Ada pula pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuatu yang dilihat atau dialaminya, seperti: siapa yang mengatur gerak benda angkasa, sehingga dapat berjalan pada porosnya dan tidak bertabrakan, siapa yang memberi daya hidup sehingga dalam benda-benda yang kelihatan mati sekalipun sesungguhnya ada “kekuatan dan kehidupan” yang luar biasa (misalnya atom, yang kemudian dapat diolah jadi bom atom).
  2. Mencari perlindungan
    Dalam hidupnya manusia kerap kali merasa tidak berdaya, manusia seringkali menyadari kekuatan yang jauh lebih hebat dari dirinya. Kekuatan itu tampak dalam bentuk bencana, gejala alam, atau kejadian yang menimpa dirinya. Kekuatan tersebut dapat enghancurkan tetapi juga dapat sangat membantu.Perasaan tidak berdaya itulah yang mendorong manusia untuk meminta perlindungan terhadap kekuatan lain yang lebih hebat itu, dengan berlindung kepada kekuatan itu manusia juga merasakan keamanan.
  3. Meneguhkan tata nilai
    Dalam hidupnya manusia mau tidak mau harus berelasi dengan sesamanya. Dari pengalaman berhubungan dengan orang lain tersebut, baik dengan individu maupun kelompok, manusia menemukan ada nilai-nilai tertentu yang bersifat membangun dan ada juga yang sifatnya dapat merusak relasi itu sendiri. Nilai-nilai tersebut kemudian disebut nilai baik dan jahat atau benar dan salah. Dari pengalaman pula akhirnya manusia menghayati bahwa yang baik dan benar harus dilakukan, sedangkan yang jahat dan salah harus dihindarkan. Melalui agama, segala nilai yang baik dan benar itu dihayati sebagai yang dikehendaki Allah, sedangkan yang jahat dan salah dianggap berlawanan dengan kehendak Allah. Maka manusia yang dianggap baik adalah mereka yang melakukan yang baik dan benar.
  4. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
    Dalam hidupnya manusia seringkali menemukan adanya kekacauan, penderitaan, sakit, bencana, dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman membuat manusia resah, bahkan frustasi. Dalam pergumulan hidupnya manusia berpikir: Kalau Allah demikian mencintai manusia, pasti Allah tidak menghendaki semuanya itu terjadi terus menerus; kalau Allah mencintai manusia tentulah ada situasi lain yang dijanjikannya, yakni situasi dimana manusia dapat hidup dengan damai, tentram, tanpa penderitaan, dan sebagainya. Hasil perenungan dan dialog dengan Allah, menghantar manusia pada pemahaman tentang surga (atau dengan istilah lainnya seperti Kerajaan Allah Nirwana, Moksa, dan sebagainya); serta pemahaman tentang kebalikannya, yakni neraka. Akhirnya konsep tentang surga dijadikan harapan masa depan, sedangkan neraka dijadikan hal untuk dihindari.

Latar belakang yang menjadi alasan orang beragama tersebut tentu saja akan sangat menentukan bagaimana orang menghayati agama yang dianutnya. Pada kenyataannya masih banyak orang yang masih menghayati agama yang dianutnya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hal itu hanya berlaku di KTP saja sebagai identitas. Dengan alasan tersebut, orang akan merasa aman karena diakui statusnya. Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah.

Hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dari Lukas 18:9-14

  1. Yesus mengkritik orang-orang Farisi, para pemuka agama dan ahli taurat yang seringkali merasa hidup keagamaannya lebih baik dibandingkan orang lain. Mereka menyombongkan dirinya dan menganggap orang lain hidup agamanya lebih rendah.
  2. Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah.
  3. Kita harus benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengahtengah. Kita juga harus bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri dan atau orang lain, dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran kebenaran, sehingga kita dapat bersikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama.
  4. Hidup beragama yang benar menuntut kita untuk menjalankan atau menerapkan agama kita dalam hidup sehari-hari. Agama harus dipahami, dihayati, dan dilaksanakan.

PEMIKIRAN DASAR: BERIMAN SEBAGAI TANGGAPAN ATAS KARYA KESELAMATAN ALLAH.
Pada pelajaran yang lalu, kita telah membahas tentang hidup beragama sebagai tanggapan manusia atas karya penyelamatan Allah. Dalam hidup beragama yang pokok adalah sikap batin. Agama yang bersifat lahiriah, dengan sendirinya menjadi formalisme dan kosong. Dan tidak semua orang yang mengaku dirinya memiliki agama, memilikiniman yang mendalam. Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Dalam agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang tidak. Dalam pelajaran ini, secara khusus kita akan membahas tentang kehidupan beriman sebagai tanggapan atas karya keselamatan Allah. Dalam hidupnya manusia mengalami dan merasakan bahwa Allah senantiasa hadir menyapa dirinya. Allah menghibur, membimbing, dan menguatkan manusia, baik dalam suka maupun duka, baik dalam kepastian maupun keraguan, baik dalam untung maupun malang. Allah setia menyertai manusia, karena Allah menghendaki hidup manusia selamat. Untuk memahami lebih mendalam tentang iman, maka kita harus juga memahami tentang wahyu. Karena iman tidak dapat dipisahkan dari wahyu Ilahi.

WAHYU
Pengertian wahyu Ilahi dalam teologi Kristiani dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Pernyataan Allah yang tak kelihatan, misterius, yang tak mungkin dihampiri manusia dengan kemampuannya sendiri. Dalam pernyataan itu Allah memperkenalkan diri-Nya dan memberikan diri-Nya untuk dikasihi. Subjek pewahyuan ilahi adalah Allah sendiri, sebagaimana dirumuskan ” Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan….”. Di sini diakui secara jelas bahwa Allah mengambil inisiatif untuk membuka diriNya atas dasar kebaikan dan kebijaksanaanNya. Siapakah Allah? Dirumuskan juga demikian ” Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya…” Di sini kita melihat pengakuan Gereja Katolik akan Allah yang dari kelimpahan cinta kasihNya mau menjadi sahabat manusia. Dengan kata lain, Allah yang diperkenalkan adalah Allah yang baik, bijaksana, berkelimpahan cinta kasih. Jadi, keinginan Allah mau bersahabat itu karena kebaikan, cinta, dan kebijaksanaanNya. Dialah Bapa yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Jadi isi pewahyuan adalah diri Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya.

Dari kutipan di atas jelas bahwa wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi dengan manusia.

IMAN Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, maka dari pihak manusia diharapkan tanggapan atas sapaan itu. Tanggapan ini disebut iman. Berdasarkan paham wahyu yang dikatakan dalam DV 2,4, Konsili mengatakan: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu …” (DV 5). Maka sebagaimana dalam paham wahyu ditekankan ciri pribadi dan dialogal, demikian pula ciri itu tampak jelas dalam hal iman. Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah. (Mgr. I. Suharyo Pr.). Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus,

tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang iwahyukan Allah. Sebagai ikatan pribadi dengan Allah dan persetujuan terhadap kebenaran yang diwahyukan Allah, iman Kristen berbeda dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang manusia. Menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah, dan mengimani secara absolut apa yang Ia katakan adalah tepat dan benar. Sebaliknya adalah sia-sia dan salah memberikan kepercayaan yang demikian itu kepada seorang makhluk (Katekismus Gereja Katolik art. 150).