Bagaimana jika mempunyai sifat suka mengejek atau menghina

Ilustrasi. Alternatemoticon.

Terkadang, ada saja seseorang yang merasa bangga dengan apa yang dimiliki saat ini, lantas melakukan penghinaan terhadap orang lain. Bangga berlebihan atau bisa dikatakan sombong, merupakan salah satu sifat yang secara tidak disengaja bisa muncul. Sebab, di setiap diri manusia, sifat ini akan selalu ada. Bergantung pada diri sendiri, mampu atau tidak mengendalikan perasaan tersebut.

Namun, tahukah Anda, menghina atau meremehkan orang lain merupakan salah satu sifat yang membuat energi diri sendiri bocor. Kebocoran energi akibat menghina orang lain, akan berdampak menyebabkan efek negatifnya kembali kepada mereka yang melakukan penghinaan tersebut.

Ibarat mobil yang sedang melaju kencang, maka menghina orang lain itu sama saja sedang menusukkan paku pada ban mobil tersebut. Bisa dilihat, dampaknya mobil itu akan terhambat hingga akhirnya terhenti ketika ban benar-benar bocor. Kalau sudah begini, mobil tak bisa melaju, otomatis mobil lain dengan mudah akan menyalip karena tidak ada perlawanan.

Itulah jawaban, kenapa orang yang melakukan penghinaan, pada akhirnya bisa disalip oleh orang yang sebelumnya dihina. Anda pernah dihina atau diremehkan orang lain? Lantas, apa yang terjadi pada orang yang menghina Anda? Apakah hidupnya lebih baik atau kini Anda sudah bisa melaluinya?

Dari penelitian seorang guru besar David R. Hawkins melalui disertasinya berjudul Qualitative and Quantitative Analysis and Calibration of The Level of Human Consciousness disebutkan, menghina atau merendahkan orang lain, level energinya rendah yakni 10 pangkat 175 lux (satuan energi cahaya).

Lantas bagaimana dengan respons orang yang dihina. Jika setelah dihina yang muncul adalah perasaan malu, maka energinya akan sangat rendah yakni 10 pangkat 20 lux. Sementara jika yang muncul perasaan bersalah, energinya 10 pangkat 30, atau perasaan putus asa energinya 10 pangkat 50 lux.

Maka, jika dihina atau direndahkan, hindari perasaan malu, putus asa atau rasa bersalah. Sebab ini akan menjadikan diri sendiri semakin drop, dan si penghina tentu energinya masih lebih besar dan merasa menang. Untuk bisa mengalahkan si penghina, maka tumbuh perasaan yakin akan kemampuan sendiri, energinya akan langsung naik menjadi 10 pangkat 250 lux.

Jika Anda memiliki perasaan optimisme, maka energinya semakin tinggi lagi 10 pangkat 310, atau memaafkan dengan energi 10 pangkat 350. Bahkan ketika Anda tetap tenang dan hening bahkan santai dan bersuka cita, energinya langsung melonjak 10 pangkat 540.

Inilah kenapa, mereka yang terhina kemudian menjadi hinaan itu sebagai motivasi, energi yang didapatkan justru akan semakin besar dan jauh lebih besar. Dengan demikian, energi itu akan semakin mudah untuk menarik semua impian Anda.

Saya masih ingat, dahulu ketika masih duduk di bangka SLTA, salah seorang kerabat saya coba mematahkan semangat saya. "Ngapain sih jadi wartawan, ngga jelas masa depannya," ujar kerabat itu meremehkan. Hal itu justru menumbuhkan motivasi saya, dan nyatanya, sudah lebih 17 tahun saya menyandang predikat menjadi wartawan sampai saat ini.

Sementara kerabat saya yang meremehkan itu, karirnya sepertinya juga mentok, di situ-situ saja. Jadi, hindari menghina, merendahkan atau meremehkan orang lain. Sikapi saja semua dengan damai dan sukacita, maka energi yang besar akan Anda nikmati untuk mempercepat menarik semua impian Anda.

Home Learning SDIT Al Kahfi
October 13, 2020
Home Learning SDIT Al Kahfi
October 14, 2020

Bagaimana jika mempunyai sifat suka mengejek atau menghina

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)

Haramnya Menghina Orang Lain

Dalam ayat ini Allah memanggil hambanya yang beriman dengan panggilan (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ), yang merupakan sebaik-baik panggilan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Setiap ayat Allah yang didahului dengan panggilan kepada hamba-Nya(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) menunjukkan bahwa sesudahnya Allah Ta’ala akan menyampaikan sesuatu yang penting. Sebagaimana ucapan sahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “ Jika engkau mendengar Allah berfirman     (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ) maka dengarkanlah dengan baik-baik. Karena di situ terdapat kebaikan yang Allah perintahkan atau kejelekan yang dilarang oleh Allah” (Dinukil dari Nidaa-atu Ar Rahman li Ahlil Iman)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu sikap merendahkan orang lain dan menghina mereka. Hal ini sebagaimana terdapat pula dalam hadits Nabi tatkala beliau bersabda, ‘Sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain’, maksudnya adalah menghina dan menganggap orang lain lebih rendah, dan ini adalah perbuatan haram. Boleh jadi orang yang dihina lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah dan lebih Allah cintai. Oleh karena itu Allah berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim).

Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Larangan ini bersifat umum, mencakup celaan terhadap segala hal. Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan, “ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga larangan ini mencakup seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).

Jelaslah dalam ayat ini Allah mengharamkan perbuatan mencela orang lain, dan ini juga merupakan kesepakatan para ulama. Perbuatan ini termasuk dosa besar, wajib seorang muslim untuk menjauhinya dan mengingatkan orang lain dari dosa ini. Dan sifat ini merupakan di antara sifat orang munafik dan orang kafir. (Lihat Al Manhiyaat fii Suurati Al Hujuraat).

Boleh Jadi Orang Yang Dihina Itu Lebih Baik

Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan: “Padahal boleh jadi pihak yang dicela itu justru lebih baik daripada pihak yang mencela. Bahkan inilah realita yang sering terjadi. Mencela hanyalah dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan akhlak yang tercela dan hina serta kosong dari akhlak mulia. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim” (HR Muslim) “ (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).

Saudarakau, kita tidak mengetahui hakekat seseorang. Boleh jadi orang yang dicela itu lebih mulia di sisi Allah, boleh jadi dia lebih banyak amal kebaikannya, boleh jadi dia lebih bertakwa. Dan tidak ada yang menjamin seseorang akan selalu lebih baik kondisinya dari orang lain. Orang yang tadinya kaya bisa jadi mendadak hilang hartanya. Orang yang punya jabatan tinggi, bisa lengser seketika. Orang yang tadinya mulia kedudukannya, bisa jadi nanti masyarakat merendahkannya. Sehingaa, tidaklah pantas seseorang merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga mencela dan merendahkannya.