Azab apa yang diterima kaum Tsamud setelah melanggar larangan Allah?

Tim | CNN Indonesia

Selasa, 28 Apr 2020 17:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Nabi Saleh AS adalah nabi dan rasul kelima yang patut diimani. Nabi Saleh berdakwah di Al-Hijr yang saat ini dikenal sebagai Madain Shalih, yakni Kota-kota Nabi Saleh AS, antara Arab Saudi dan Suriah. Beberapa rumah dan batu-batu diyakini sebagai peninggalan Nabi Saleh. UNESCO menetapkan peninggalan itu sebagai warisan dunia.Allah SWT mengutus Nabi Saleh untuk membawa kaum Tsamud kembali ke jalan yang benar. Sebelum diangkat menjadi rasul, Saleh adalah panutan di suku Tsamud.Kaum Tsamud terkenal memiliki ilmu batu dan bangunan yang andal. Namun, di sisi lain mereka menyembah berhala. Hal ini sesuai dengan Surat Al-A'raf ayat 73.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Dan [Kami telah mengutus] kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, [yang karenanya] kamu akan ditimpa siksaan yang pedih," terjemahan surat Al-A'raf ayat 73.Unta betina yang dijelaskan dalam ayat tersebut merupakan mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Saleh, sebagai tanda kebesaran-Nya.Saat menyeru ajaran Allah, Saleh meminta kaum Tsamud untuk meninggalkan berhala dan menyembah Allah SWT. Saleh mengajak kaum Tsamud untuk bertobat."Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami," kata kaum Tsamud kepada Nabi Saleh, seperti dalam surat Hud ayat 62.Alih-alih mendengar Nabi Saleh, kaum Tsamud justru menentangnya. Kaum Tsamud meminta Nabi Saleh untuk mendatangkan mukjizat."Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar," kata kaum Tsamud kepada Nabi Saleh seperti dalam surat Asy-Syu'ara' ayat 154.Kaum Tsamud meminta Saleh menciptakan unta betina yang hamil 10 bulan di sebuah bukit berbatu. Nabi Saleh menyanggupi tantangan tersebut dan berdoa agar Allah menunjukkan kekuasaan-Nya.Allah lalu membelah batu di bukit itu dan di dalamnya muncul seekor unta betina sesuai dengan permintaan kaum Tsamud. Unta betina itu dikenal sebagai unta betina Allah.

Azab apa yang diterima kaum Tsamud setelah melanggar larangan Allah?
Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya melalui unta bentina kepada Nabi Saleh AS. (backpacker/Pixabay)

Nabi Saleh lalu meminta agar kaum Tsamud memperhatikan unta tersebut dan membiarkannya makan dengan leluasa. Nabi Saleh juga memperingatkan agar unta betina itu tidak diganggu karena ia mampu memenuhi kebutuhan susu seluruh kaum Tsamud."Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar," kata Nabi Saleh sesuai Surat Asy-Syu'ara ayat 156.Mukjizat ini membuat kaum Tsamud terbagi dua. Ada kelompok yang percaya atas kebesaran Allah dan mengikuti ajaran Nabi Saleh. Namun, ada pula kelompok yang ingkar dan menentang mukjizat itu.Mereka yang ingkar justru semakin kafir dan mengganggu si unta betina. Unta betina Allah dianggap mengganggu hewan ternak lain, meminum banyak air, dan berjalan dengan bebas.Para pemimpin di kaum Tsamud lalu membuat rencana untuk membunuh unta tersebut. Seorang bangsawan bahkan membuat sayembara dengan hadiah besar untuk membunuh unta betina.Saat malam tiba, sembilan orang laki-laki melancarkan aksinya membunuh unta tersebut. Unta itu dipanah dan ditikam beserta dengan anaknya yang baru lahir. Kisah pembunuhan unta terdapat dalam surat Al-Qamar ayar 54.

Kaum Tsamud yang ingkar kembali menentang Nabi Saleh untuk mendatangkan azab setelah unta itu dibunuh.

Nabi Saleh kembali mengingatkan kaum Tsamud untuk bertobat sebelum azab benar-benar datang.Kaum Tsamud semakin tak senang dengan petuah Nabi Saleh. Mereka bahkan merencanakan pembunuhan Nabi Saleh.Namun, belum sampai rencana itu. Allah memerintah Nabi Saleh dan orang yang beriman untuk meninggalkan Al-Hijr karena azab akan segera tiba.Azab itu muncul di hari keempat setelah pembunuhan unta. Di hari itu, petir menyambar, bumi berguncang, dan menghancurkan kaum Tsamud. Kaum Tsamud pun binasa karena petir dan gempa bumi."Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka," berikut bunyi terjemahan surat Al-A'raf ayat 78.Dari kisah Nabi Saleh ini terdapat sejumlah hikmah yang dapat dipelajari. Pertama, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat unta betina kepada Nabi Saleh.Kedua, orang-orang yang melanggar perintah Allah SWT akan mendapatkan azab yang nyata. Berhala-berhala yang semula disembah kaum Tsamud tak dapat menolong mereka saat azab Allah datang.

Ketiga, Allah juga memberikan waktu kepada kaum Tsamud untuk bertobat mulai dari perintah Nabi Saleh, kemunculan unta betina, lalu setelah pembunuhan unta tersebut. Namun, ketika azab datang, tobat sudah tidak berarti di sisi Allah. (ptj/asr)

[Gambas:Video CNN]

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Kaum Tsamūd merupakan kaum yang diutus kepada mereka seorang nabi bernama Saleh. Kaum Tsamūd merupakan salah satu kaum yang dimusnahkan oleh Allah akibat tidak mau beriman.[1] Riwayat mengenai sejarah kaum kaum Tsamūd hanya ditemukan di dalam kitab suci agama Abrahamik dan syair Arab kuno.[2] Berdasarkan temuan arkeologi, tempat tinggal kaum Tsamūd terletak di Mada'in Salih.[1] Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa kaum Tsamūd merupakan keturunan dari kaum 'Ad. Sebelum bermukim di bagian utara Jazirah Arab, kaum Tsamūd bermukim di wilayah Arab Selatan.[3] Kaum Tsamūd bermukim di bangunan yang berada di bukit cadas. Mereka merupakan keturunan dari Tsamūd bin Amid bin Iram. Kehancuran kaum Tsamūd terjadi setelah mereka menyembelih unta betina yang menjadi mukjizat dari Nabi Saleh. Kaum ini musnah akibat gempa bumi.[4]

Azab apa yang diterima kaum Tsamud setelah melanggar larangan Allah?

Qaṣr Al-Farīd (bahasa Arab: قَصْر ٱلْفَرِيْد‎), makam terbesar pada situs Madain Shaleh

Dalam Al-Qur'an Tsamūd disebut sebanyak 26 kali, baik dalam bentuk kata yang berdiri sendiri maupun untuk menunjukkan kaum.[5] Kisah mereka disebutkan dalam surah Al-A'raf (07): 73-79, Hud (11): 61-68, Al-Hijr (15): 80-84, Al-Isra' (17): 59, Asy-Syu'ara' (26): 141-159, An-Naml (27): 45-53, Fushshilat (41): 17-18, Al-Qamar (54): 23-32, dan Asy-Syams (91): 11-15.

Al-Qur'an menjelaskan bahwa kaum Tsamūd tinggal di sebuah tempat yang bernama Al-Hijr. Dari segi waktu, mereka berkuasa setelah kehancuran kaum 'Ad.[6] Ciri khas negeri mereka adalah penduduknya memahat bukit dan gunung untuk dijadikan tempat tinggal.[7][8][9] Terdapat pula sumber mata air dan banyak perkebunan,[10] dan juga pepohonan seperti kurma.[11] Dari segi keagamaan, kaum Tsamūd menyembah selain Allah dan itu sudah menjadi tradisi turun-temurun.[12]

Rasul yang diutus untuk berdakwah pada kaum Tsamūd adalah Shaleh yang juga saudara sekaum mereka sendiri.[13] Namun sebagian dari mereka menentangnya, sehingga mereka mendapat azab. Azab yang diterima kaum Tsamūd penentang Shaleh sebagaimana yang termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur'an adalah:

  • Gempa[14]
  • Suara keras yang mengguntur[15][16][17]
  • Sambaran petir[18]

Sumber lain

Sumber non-Qur'an yang menyebutkan keberadaan kaum Tsamūd adalah syair-syair Arab kuno, catatan sejarah Asyur, prasasti kuil Yunani dari Hijaz barat laut tahun 169 M, sumber Kekaisaran Romawi Timur abad ke-5 M, dan grafiti Arab utara kuno di Tayma.

Sumber tertua mengenai kaum Tsamūd adalah prasasti dari tahun 715 SM dari Raja Asyur, Sargon II, yang berkuasa pada 722–705 SM. Di sana disebutkan bahwa mereka adalah penghuni Arab bagian tengah dan utara dan merupakan bawahan dari Asyur. Sumber Islam menyatakan bahwa keberadaan kaum Tsamūd sudah lebih tua dari tanggal prasasti tersebut.[19]

Kaum Tsamūd disebut 'Tamudei' oleh Aristo dari Khios (filsuf Stoikisme), Klaudius Ptolemaeus (ahli matematika dan geografi Mesir pada masa Romawi), dan Plinius Tua (sejarawan dan filsuf Romawi).[20]

Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah menjelaskan bahwa kaum Tsamūd menggantikan kaum 'Ad setelah mereka hancur. Tsamūd kemudian digantikan bangsa Amalek. Amalek kemudian digantikan oleh Himyar. Himyar kemudian digantikan oleh Adhwa', sampai kekuasaan beralih ke tangan Mudar, sebuah persekutuan suku Arab utara.[21]

Kaum Tsamūd merupakan keturunan kaum 'Ad yang selamat dari peristiwa topan yang menghancurkan kaum 'Ad. Setelah selamat dari bencana alam, keturunan mereka mulai meninggalkan ajaran Hud dan menyembah berhala.[22] Nama Tsamūd diambil dari leluhur mereka yang diyakini merupakan cicit dari Sam, salah satu putra Nuh yang selamat saat banjir. Silsilahnya adalah Tsamūd bin 'Abir bin Iram bin Sam bin Nuh.[23] Pendapat lain menyatakan Tsamūd bin Amid bin Iram.[5] Iram diyakini sebagai orang yang sama dengan Aram yang disebutkan dalam Alkitab. Nama lain dari Tsamūd adalah Ashab Al-Hijr (Penduduk Al-Hijr).[24]

Kaum Tsamūd merupakan bagian dari Bangsa Arab dari rumpun bahasa Semit. Para sejarawan mengelompokkan kaum Tsamūd ke dalam kelompok etnik Arab Baidah. Kelompok ini merupakan kelompok etnik yang telah musnah sebelum penyebaran Islam di Jazirah Arab..[2] Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang identitas atau kebangsaan kaum Tsamūd, tetapi mereka disebut sebagai orang Arab (‘àrabes) di Bibliotheka historika oleh sejarawan Yunani Diodoros Sikolos.[25] Keterangan yang diberikan oleh Patriark Photios I terkait kaum Tsamūd menunjukkan bahwa mereka memiliki status yang mirip dengan suku Kedar yang diidentifikasikan sebagai orang Arab.[26] Pada tahun 2003, Profesor Jan Retsö[27] dalam sebuah penelitian dalam bukunya The Arabs in Antiquity menyimpulkan bahwa kaum Tsamūd adalah orang Arab.[26]

Sejarawan Romawi Plinius Tua menyatakan bahwa kaum Tsamūd ("Tamudaei") dan kelompok etnis Arab lainnya hidup di antara dan di dekat kota Domata,[28] orang Arab yang berafiliasi dengan putra Ismail, Duma, yang keturunannya menjadi bangsa pemahat batu Edom. Perubahan dari "Dumah" atau "Dumat" ke "Tsamūd" dapat dikaitkan dengan vokal yang tidak terlambangkan dalam bahasa Semit tertulis serta pergeseran bertahap pengucapan konsonan dan dialek karena perubahan waktu dan perpindahan lokasi suku-suku nomaden.

Kaum Tsamūd tinggal di kawasan bebatuan di antara Hijaz dan Tabuk.[23] Ada beberapa bukti bahwa, sebagaimana kaum 'Ad, kaum Tsamūd juga berasal dari semenanjung Arab selatan. Namun kemudian mereka berpindah ke utara.[29][30] Peradaban kaum Tsamūd merupakan salah satu peradaban Arab kuno. Mereka diperkirakan berasal dari wilayah Arab Selatan yang kemudian pindah menuju utara. Mereka kemudian menetap di Gunung Athlab, Mada'in Salih. Sejumlah besar kaum Tsamūd bekerja sebagai pengukir dan pemahat bukit. Ukiran dan pahatan mereka hingga saat ini dapat ditemui di Gunung Athlab dan hampir seluruh Arab bagian tengah.[31]

Dalam Surah Al-A'raf ayat 74 disebutkan bahwa kaum Tsamūd adalah pengganti kaum 'Ad. Peradaban mereka berkembang khususnya di bidang pertanian, peternakan dan arsitektur. Penduduknya hidup dalam keadaan makmur dan sejahtera. Keahlian mereka adalam membuat rumah dengan memahat gunung batu.[22]

Dalam Surah Al-A'raf ayat 73 disebutkan bahwa Allah telah mengutus seorang nabi kepada kaum Tsamūd. Nabi tersebut bernama Saleh yang merupakan anggota masyarakat dalam kaum Tsamūd. Pengutusan Saleh sebagai nabi kepada Kaum Tsamūd membawa pesan untuk menyembah Allah. Saleh diberikan mukjizat berupa seekor unta betina.[32] Surah An-Naml ayat 45 menyebutkan bahwa setelah Saleh mengajak kaumnya untuk menyembah Allah, kaumnya terbagi menjadi dua golongan.[33] Dalam Surah Al-A'raf ayat 75 diketahui bahwa dari kaum Tsamūd ada yang beriman kepada pesan yang disampaikan oleh Saleh. Penduduk yang beriman berasal dari kaum yang tidak memiliki kekuasaan. Sementara itu, para pemuka kaum Tsamūd menolak ajaran yang disampaikan oleh Saleh dengan menyombongkan diri.[34]

Dalam Surah Al-A'raf ayat 77 diketahui bahwa dari kaum Tsamūd melanggar perintah Allah. Mereka menyembelih unta betina yang dibawa oleh Saleh.[22] Saleh memberikan peringatan kepada mereka dan meninggalkan kaumnya dengan mengikutsertakan para pengikutnya. Mereka juga tidak mengakui Saleh sebagai seorang nabi dan berencana untuk membunuhnya.[22] Allah kemudian menimpakan azab kepada kaum Tsamūd berupa petir dengan suara yang menggelegar. Sambaran petir ini menghancurkan tempat tinggal kaum Tsamūd. Penghancuran bangunan ini hingga keadaan tidak berbekas sama sekali. Setiap orang yang merasakan bencana tersebut mengalami kematian.[1]

Kehancuran kaum Tsamūd diberitahukan di dalam Surah Al-Haqqah ayat 5. Dalam ayat ini kaum Tsamūd mengalami kemusnahan akibat bencana besar. Penyebab pemusnahan kaum Tsamūd disampaikan pada Surah Al-Haqqah ayat 4, yaitu karena mendustakan hari kiamat.[35] Kemusnahan Kaum Tsamūd diberitakan di dalam Al-Qur'an Surah An-Najm ayat 51. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Tsamūd dimusnahkan hingga tidak satupun penduduknya yang masih hidup.[36] Pemusnahan kaum Tsamūd disebabkan oleh penduduknya yang tidak mau beriman kepada Allah dan nabi yang diutus kepada mereka yaitu saleh. Ketidakberimanan kaum Tsamūd diberitahukan oleh Allah dalam Surah Al-Qamar ayat 23.[37]

Setelah kemusnahan kaum Tsamūd, nama Tsamūd digunakan oleh kelompok etnik baru yang mendiami bekas wilayah pemukimannya.[38] 'Abdullah bin ʿUmar dan Ibnu Katsir melaporkan bahwa orang-orang menyebut daerah Tsamūd dengan Al-Hijr, sementara mereka menyebut provinsi Mada'in Salih sebagai Ardh Tsamūd (negeri Thamud) dan Bayt Tsamūd (kediaman Tsamūd).[39][40] Kesimpulan yang dapat diambil dari bukti-bukti di atas adalah bahwa istilah Tsamūd tidak merujuk pada kelompok yang tinggal di Madain Shaleh, seperti Lihyan dan Nabath,[41][42] tetapi lebih pada wilayah itu sendiri.

  • Shaleh
  • Kaum ʿĀd
  • Madyan
  • Nabath
  • Ninawa
  • Kaum Rass
  • Saba'

  1. ^ a b c El-Fikri 2010, hlm. 60.
  2. ^ a b Yakub, M., Tanjung, M., dan Siregar, Y. D. Sejarah Peradaban Islam: Pendekatan Periodesasi. Medan: Perdana Publishing. hlm. 1. ISBN 978-602-6970-40-4.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  3. ^ El-Fikri 2010, hlm. 61.
  4. ^ Ghazali, dkk. (2019). Ensiklopedia Al-Qur'an dan Hadis Per Tema. Quanta. hlm. 256. ISBN 978-602-04-9550-7.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ a b Abu Khalil, Shawqi (2003). Athlas al-Hadith al-Nabawi Minal Kutub ash-Shihah as-Sittah. Damaskus: Darul Fikr. 1-59239-148-6. 
  6. ^ Asy-Syu'ara' 26:149
  7. ^ Al-A'raf 7:74
  8. ^ Al-Hijr 15:82
  9. ^ Asy-Syu'ara' 26:149
  10. ^ Asy-Syu'ara' 26:147
  11. ^ Asy-Syu'ara' 26:148
  12. ^ Hud 11:62
  13. ^ Al-A'raf 7:73
  14. ^ Al-A'raf 07:78
  15. ^ Hud 11:67
  16. ^ Al-Hijr 15:83
  17. ^ Al-Qamar 54:31
  18. ^ Fussilat 41:17
  19. ^ Houtsma, M. Th.; et al., ed. (1913–1936). E.J. Brill's First Encyclopaedia of Islam. E. J. Brill. Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
  20. ^ Hitti, Phillip (1970). A History of the Arabs. London: Macmillan Publishers. hlm. 37. 
  21. ^ Ibn Khaldun. "Chapter 2.21". Muqaddimah. Diterjemahkan oleh Rosenthal, Franz. 
  22. ^ a b c d Nanda, Abd. Rakhim (2019). Suluh Ramadhan dan Khotbah Iedain 1440 H – 2019 M: Agar Kamu Bertaqwa (PDF). Gowa: LPP Unismuh Makassar. hlm. 18. ISBN 978-623-7349-05-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  23. ^ a b Ibnu Katsir 2015, hlm. 147.
  24. ^ Temuan Arkeologis dari Kaum Tsamud [1] di Majelis Rasulallah
  25. ^ Siculus, Diodorus (1933). Walton, Francis R., ed. Diodorus of Sicily in Twelve Volumes. 2 (Books 2.35-4.58). Diterjemahkan oleh Oldfather, C. H. London; Cambridge (Mass.). hlm. 219. ISBN 978-0-674-99334-1. 
  26. ^ a b Retsö, Jan (2003). The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads. Psychology Press. hlm. 299. 
  27. ^ "Jan Retsö". University of Gothenburg. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-19. Diakses tanggal 2020-02-19. 
  28. ^ Pliny the Elder (1949–1954). Natural History. Diterjemahkan oleh Rackham, H.; Jones, W.H.S.; Eichholz, D.E. London: William Heinemann. Book VI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-29. Diakses tanggal 2017-01-01. Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
  29. ^ "Encyclopædia Britannica, Thamūd". Thamūd probably originated in southern Arabia  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  30. ^ Matthew S. Gordon, Chase F. Robinson, Everett K. Rowson, Michael Fishbein. Works of Ibn Wāḍiḥ al-Yaʿqūbī (Volume 2): An English Translation. hlm. 277 ff. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  31. ^ "Thamud | History, Tribe, & Location". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-07. 
  32. ^ Zailani dan Ruslan 2021, hlm. 49.
  33. ^ Zailani dan Ruslan 2021, hlm. 52.
  34. ^ Zailani dan Ruslan 2021, hlm. 49-50.
  35. ^ Mashudi 2019, hlm. 299.
  36. ^ Mashudi 2019, hlm. 119.
  37. ^ Mashudi 2019, hlm. 128.
  38. ^ Hoyland, Robert G. (2001). Arabia and the Arabs: From the Bronze Age to the Coming of Islam. Routledge. hlm. 69. ISBN 0415195349. 
  39. ^ Shahih Bukhari, diriwayatkan ʿAbdullah bin ʿUmar, Hadits 2116 & 3379
  40. ^ Ibnu Katsir (2003). Al-Bidayah wan Nihayah [The Beginning and The End]. 1. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyya. hlm. 159. 
  41. ^ The New Encyclopædia Britannica: Macropædia. 13. USA: Encyclopædia Britannica, Inc. 1995. hlm. 818. 
  42. ^ "History of Arabia". Encyclopædia Britannica Online. Dedān and Al-Ḥijr. 

  • Katsir, Ibnu (2015). Hikmatiar, Ikhlas, ed. Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam hingga Isa. Diterjemahkan oleh MS, Saefulloh. Jakarta: Qisthi Press. ISBN 978-979-1303-84-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Mashudi, Kojin (2019). Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid VI (PDF). Malang: Inteligensia Media. ISBN 978-623-7374-62-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Zailani dan Ruslan, M. (2021). Harfiani, R., dan Butar-Butar, A. J. R., ed. Nama-Nama Nabi dan Rasul dalam Al-Qur`an (PDF). Medan: Umsu Press. ISBN 978-623-6888-61-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
  • Bangsa yang Musnah di situs web Harun Yahya.com[pranala nonaktif permanen]

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kaum_Tsamūd&oldid=19380212"