Apakah penyakit lupus bisa sembuh total

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit lupus tidak bisa disembuhkan meski begitu perlu mendapatkan pengobatan untuk meringankan gejala.

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun kronis yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat. Kondisi ini menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, hingga otak.

"Walau tidak dapat disembuhkan, pengobatan lupus dapat meringankan gejala, membantu mencegah kekambuhan penyakit, dan meminimalkan risiko kerusakan yang terjadi pada organ," jelas dr. Nia Kurniati, Sp A(K), pada virtual launch LupusKu, senin (8/11/2021).

Perkembangan penyakit lupus pun bisa berubah-ubah, sehingga pilihan obat dan cara pengobatan pada satu pasien yang sama pun dapat berganti seiring berjalannya waktu. Hal ini akan disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit.

Yuk Cari Tahu Tentang Penyakit Lupus yang Belum Bisa Disembuhkan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengobatan Lupus

Lupus tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, dokter dapat memberikan tindakan untuk meringankan gejala, mencegah kekambuhan penyakit, dan meminimalkan risiko kerusakan pada organ.

Perkembangan penyakit lupus bisa berubah-ubah sehingga pilihan obat dan cara pengobatan pada satu pasien dapat berganti seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, tindakan yang diberikan akan disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit.

Berikut ini adalah pilihan penanganan yang dapat dilakukan:

Pemberian Obat-obatan

Beberapa obat yang dapat diberikan pada penderita lupus adalah:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti naproxen dan ibuprofen, untuk mengatasi nyeri dan demam
  • Obat antimalaria, seperti hydroxychloroquine atau chloroquine, untuk membantu mencegah kekambuhan serta meredakan gejala lupus
  • Kortikosteroid, seperti prednison, untuk mengatasi peradangan yang terjadi pada lupus dengan mengontrol kerja sistem imun
  • Obat imunosupresan, seperti methotrexate dan azathioprine, untuk menekan kerja sistem imun
  • Agen biologis, seperti belimumab dan rituximab, untuk mengurangi jumlah protein tertentu yang memicu lupus

Perubahan Gaya Hidup

Lupus merupakan penyakit jangka panjang dengan gejala yang dapat hilang timbul. Oleh karena itu, selain menggunakan obat dari dokter, pasien juga akan dianjurkan untuk menjalani gaya hidup sehat agar pengobatannya efektif.

Gaya hidup sehat yang dimaksud adalah:

  • Melindungi kulit dari paparan sinar matahari secara langsung, misalnya dengan menggunakan pakaian tertutup dan mengoleskan tabir surya
  • Berolahraga rutin, untuk menjaga kekuatan otot, tulang, serta memperbaiki suasana hati
  • Beristirahat dan tidur yang cukup
  • Mengendalikan stres dengan baik
  • Menerapkan pola makan sehat, seperti memperbanyak konsumsi buah, sayur, dan biji-bijian utuh
  • Mengonsumsi vitamin dan suplemen, seperti vitamin D atau suplemen kalsium, jika disarankan dokter
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol, karena alkohol bisa berinteraksi dengan beberapa obat untuk lupus
  • Berhenti merokok, karena kebiasaan ini berdampak buruk pada kesehatan tubuh, termasuk paru-paru dan jantung
  • Melakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami penyakit infeksi

Penderita lupus juga disarankan untuk melakukan kontrol rutin sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter. Hal ini bertujuan agar kondisi dan kemajuan pengobatan bisa terpantau.

Dengan tekun menjalani pengobatan dan menerapkan gaya hidup sehat, sekitar 80–90% penderita lupus dapat hidup normal dengan angka harapan hidup yang tinggi.

Terakhir diperbarui: 26 April 2022

Apakah penyakit lupus bisa sembuh total
Ilustrasi. Lupus merupakan penyakit yang tak bisa disembuhkan, tapi ada pengidapnya mengaku telah terlepas dari penyakit antiimun itu. (Foto: Thinkstock/LeventKonuk)

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak banyak orang tahu jika lupus merupakan penyakit yang tak bisa disembuhkan. Dewi (bukan nama sebenarnya) merupakan salah satu odapus (sebutan untuk penderita lupus) yang mengaku 'sembuh' dari penyakit yang telah diidapnya sejak lama.

"Aku enggak yang lupus-lupus banget lho tapi. Cuma ringan saja dan sekarang sudah sembuh," klaimnya saat dihubungi CNNINdonesia.com.

Pesan tersebut terdengar mengejutkan bagi penderita lupus. Terlebih odapus sebenarnya tidak bisa dinyatakan sembuh total dari penyakitnya.

Lupus merupakan penyakit yang mengharuskan penderitanya untuk terus mengonsumsi obat-- meski ada juga yang bisa lepas obat.

Lantas, mengapa Dewi bisa mengklaim sudah sembuh dari lupus?

Dewi mengakui jika sebenarnya ia tidak pernah dinyatakan sembuh total. Namun, sejauh ini ia merasa tanda-tanda lupus akan kambuh kian jarang sehingga memberanikan diri klaim telah 'sembuh'.

"Sebenarnya aku enggak pernah dinyatakan sembuh, cuma aku merasa sudah tidak apa-apa," ucapnya.

Lepas dari semester 5 di bangku kuliah, ia menegaskan dirinya terlepas dari lupus. Ia pun mulai memberanikan diri untuk bergabung dengan komunitas dance tanpa ada rasa khawatir.

Kesibukannya sebagai staf pemasaran membuat ia harus menanggalkan hobi dance. Saat ini ia bisa mengklaim kondisi kesehatannya jauh lebih terkendali.

Berupaya tegar ketika divonis lupus

Sebelum mengklaim 'sembuh' dari lupus, Dewi menuturkan kisahnya ketika pertama kali divonis mengidap lupus. Ketika masih duduk di bangku sekolah menengah, ia kerap merasa kelelahan hingga berujung demam.

Tak jarang rasa kelelahan juga disertai sariawan, rambut rontok, hingga ruam merah di wajah dan beberapa bagian tubuh lainnya.

Pelajaran olah raga dan tata boga juga kerap dilewatkan, meski bagi sebagian besar anak mata pelajaran tata boga tak terasa memberatkan. Kondisi itu membuatnya harus bolos hampir 15 hari tiap semester.

"Kalau dilanjut lagi kelas, enggak bisa konsentrasi karena capek banget," jelasnya.

Setelah mengalami demam tanpa penyebab jelas dan linu persendian, Dewi akhirnya dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium. Awalnya, hasil pemeriksaan kesehatan Dewi disembunyikan sang ayah agar tak membuatnya merasa sedih. Bermodal nekat, ia mencari hasil lab dan mendapati dirinya divonis mengidap lupus.

Meski tak mendapat banyak penjelasan dari dokter, Dewi menyebut lupus yang diderita sebenarnya tergolong ringan.

"Mungkin papa enggak mau aku tahu kalau aku sakit. Dia yang paling sedih tapi aku mencoba biasa saja karena aku sudah merasa dari awal kalau aku sakit," katanya.

Tak mau larut dalam kesedihan, ia mencoba biasa saja-- meski hal itu justru memicu kekhawatiran dari orang sekitar. Dukungan dan harapan untuk sembuh selalu mengalir dari lingkungan.

Pihak sekolah kemudian memutuskan untuk memindahkan Dewi dari kegiatan pleton inti ke tonti ke paduan suara demi menyesuaikan dengan kondisi tubuhnya. Kepindahannya itu dilakukan tanpa melalui pendaftaran atau prosedur tertentu.

Demi menekan rasa sedih, keluarga juga kerap membawanya menikmati makanan favorit selepas kontrol ke dokter. Upaya ini sekaligus menjadi cara bagi keluarga dan sahabat mengenal seluk beluk lupus.

"Mereka awalnya belum aware (sadar) tapi ya lama-lama pada cari tahu," ucapnya.

Mengetahui fakta dirinya sebagai odapus membuat Dewi harus mengonsumsi berbagai jenis obat. Ia juga diharuskan tidur paling malam pukul 20.00 WIB. Jika kurang istirahat, akan bahaya efeknya bagi kondisi tubuh dan pernapasan.

"Obat seharusnya diminum tiap hari tapi setelah aku merasa lebih baik lalu obat jarang kuminum," akunya.

Odopus kerap dipandang sebelah mata

Meski mendapat dukungan dari orang terdekat, Dewi tak menampik jika ia kerap dipandang sebelah mata oleh lingkungannya. 'Stempel' sebagai orang penyakitan kerap melekat di dirinya.

Lupus juga membuat sebagian orang tak memperbolehkannya mengikuti suatu kegiatan. Menghadapi hal itu, ia hanya bisa pasrah.

"Mau ikut acara-acara, mau berkegiatan selalu susah diterima karena aku dianggap penyakitan. Tapi emang penyakitan sih jadi ya sudah, mau gimana lagi," tuturnya.

Namun begitu, semakin lama 'berteman' dengan penyakitnya Dewi mengakui kian mengenali kondisi dan tanda-tanda penyakit antiimun ini akan kambuh. Stres hingga sulit tidur jadi tanda awal lupus akan menghampiri.

Jika sudah menghadapi kondisi tersebut, ia memilih untuk lebih tenang dan menjauhkan diri dari stres.

"Untuk teman-teman odapus, jangan stres, tenang, pelan-pelan. Hidup cuma sekali, lakukan apa yang membuatmu bahagia," ucapnya. (evn)

Berapa lama orang bisa bertahan hidup dengan lupus?

Tingkat Harapan Hidup Pasien Lupus Dengan pemberian tindak lanjut dan pengobatan yang tepat, penderita lupus dapat berharap untuk hidup normal 80-90% banyaknya. Terdapat penelitian yang menyatakan bila banyak penderita lupus dapat hidup dengan penyakit tersebut hingga 40 tahun lamanya.

Bagaimana cara menghilangkan penyakit lupus?

Mengutip Cleveland Clinic, seperti berikut cara mengobati penyakit lupus kulit yang umum dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan:.
Menghindar dari sinar matahari dan lampu neon. ... .
2. Suntikan obat. ... .
Pemberian obat oral. ... .
Pemberian obat topikal..

Apa obat penyakit lupus yang paling ampuh?

Pengobatan untuk mengontrol gejala penyakit lupus.
Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) Obat-obatan NSAID yang dijual secara bebas, seperti naproxen dan ibuprofen, berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit, nyeri, bengkak, dan demam yang menjadi gejala lupus..
2. Obat antimalaria. ... .
3. Obat kortikosteroid..

Apakah ada yang sembuh dari lupus?

Tentunya banyak pertanyaan seperti ini dari pasien atau keluarga pasien. Seperti penyakit autoimun lainnya, SLE adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat kita kendalikan.