Show
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Puasa Qadha adalah puasa wajib, yang dilaksanakan untuk mengganti utang puasa Ramadan tahun lalu. Puasa Qadha dapat dilaksanakan kapan saja, kecuali di Bulan Ramadan. Sehingga batas waktu melaksanakan Puasa Qadha ada di Bulan Syaban, bulan ke delapan dalam kalender Hijriyah. Ustad Abdul Somad menjelaskan keuntungan bagi yang hendak melaksanakan puasa ganti di bulan Syaban. Lantas bagaimana bacaan niatnya? Simak ulasan berikut. "Siapa yang mengganti puasa di bulan Syaban hari Senin, otomatis dapat tiga, puasa qadha lunas satu hari, puasa sunah syaban dapat, puasa hari Senin dapat," jelas Ustadz Abdul Somad melalui ceramahnya yang diunggah di YouTube Kun Ma Alloh. Baca juga: Niat Qadha Puasa Ramadhan Digabung Puasa Senin Kamis, Bisa Dapat Pahala Dobel Meski bisa mendapat tiga keuntungan itu sekaligus, lanjut UAS, orang yang hendak membayar puasa tidak perlu mengucapkan niat satu per satu untuk masing-masingnya. Tapi, cukup diniatkan untuk satu saja, yakni niat untuk qadha puasa Ramadhan. "Niatnya satu aja, saya niat puasa qadha. Otomatis dapat tiga. Jadi enggak perlu niatnya tiga," ujar UAS. Niat Puasa Qadha Niat puasa Qadha Ramadan harus diucapkan sebelum waktu subuh. Halaman selanjutnya arrow_forward Kewajiban mengganti utang puasa , Allah sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 185, “......Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al Baqarah : 185) كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم
Jumat, 24 Juni 2022 | 06:23 WIB
Jumat, 24 Juni 2022 | 05:30 WIB
Kamis, 23 Juni 2022 | 20:47 WIB
Kamis, 23 Juni 2022 | 16:25 WIB
Senin, 20 Juni 2022 | 23:25 WIB
Senin, 20 Juni 2022 | 19:45 WIB
Minggu, 19 Juni 2022 | 21:00 WIB
Sabtu, 18 Juni 2022 | 19:40 WIB
Sabtu, 18 Juni 2022 | 16:30 WIB
Sabtu, 18 Juni 2022 | 14:45 WIB
Sabtu, 18 Juni 2022 | 08:30 WIB
Jumat, 17 Juni 2022 | 22:15 WIB
Jumat, 17 Juni 2022 | 21:16 WIB
Jumat, 17 Juni 2022 | 06:30 WIB
Kamis, 16 Juni 2022 | 23:20 WIB
Kamis, 16 Juni 2022 | 23:14 WIB
Kamis, 16 Juni 2022 | 22:44 WIB
Kamis, 16 Juni 2022 | 18:43 WIB
Senin, 13 Juni 2022 | 06:10 WIB
Minggu, 12 Juni 2022 | 18:05 WIB Page 2Dari berbagai alasan tersebut, Allah SWT mewajibkan untuk menggantinya di lain waktu. Namun, bagaimana jika membayar hutang puasa setelah malam nisfu syaban? Apakah diperbolehkan? Dikutip Gorajuara.com dari kanal Youtube ARIF INNOVAT pada Rabu, 16 Maret 2022, Ustadz Abdul Somad memberikan penjelasan mengenai permasalahan tersebut. Baca Juga: Ekspresi Doni Salmanan Jadi Sorotan, Terlihat Tidak Ada Penyesalan "Boleh puasa bagi yang memang terbiasa puasa sunnah. Jika terbiasa puasa sunnah Senin-Kamis, kebetulan setelah Nisfu Syaban juga boleh," ucap Ustadz Abdul Somad. Ustadz Abdul Somad juga menjelaskan, membayar hutang puasa Ramadhan setelah Nisfu Syaban juga diperbolehkan. "Yang kedua boleh bagi yang mengqadha," lanjut Ustadz Abdul Somad. Baca Juga: Doni Salmanan Memakai Baju Barunya di Bareskrim, Doni Salmanan: Saya Meminta Maaf Dengan demikian, membayar hutang puasa Ramadhan setelah malam nisfu sya'ban hukumnya diperbolehkan. "Maka bagi yang mau mengqadha, boleh. Karena kalau tak diqadha sekarang, dan melewati Ramadhan, nanti sudah kena denda," ucap Ustadz Abdul Somad. Page 3
Hukum Berqurban Bagi Umat MuslimMinggu, 19 Juni 2022 | 21:00 WIBtirto.id - Hukum puasa setelah nisfu sya'ban bergantung pada kebiasaan seorang muslim apakah sering berpuasa sunnah atau tidak. Terkait apakah boleh puasa qadha Ramadhan setelah nisfu syaban, hukum puasa ganti adalah wajib, sehingga pengerjaannya bersifat harus sebelum Ramadhan berikutnya tiba, kecuali pada hari-hari ketika umat Islam diharamkan berpuasa. Puasa pada bulan Sya'ban termasuk puasa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan dari jalur Aisyah, ia berkata, "Rasulullah saw. berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak meninggalkan puasa, dan beliau tidak berpuasa hingga kami mengatakan beliau tidak akan berpuasa. Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. menyempurnakan puasa satu bulan penuh selain puasa Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada bulan Ramadhan selain bulan Sya'ban". Dikutip dari Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengutip Imam At-Tirmidzi yang menukil dari Ibnu Al Mubarak, bahwa bahasa Arab, apabila seseorang berpuasa pada sebagian besar dari satu bulan, maka disebutkan 'Ia berpuasa satu bulan penuh'.
Umum dikatakan 'si fulan shalat sepanjang malam', padahal barangkali ia juga makan malam serta sibuk dengan urusan lain. Artinya, Aisyah menyebutkan Nabi berpuasa sepanjang Syaban dapat dimaknai berpuasa pada sebagian besar hari-hari bulan Syaban, tidak bermakna secara keseluruhan (29 atau 30 hari). Berdasarkan kalender Hijriah, nisfu syaban atau pertengahan bulan Syaban tahun ini berlangsung sejak Kamis, 17 Maret 2022 bakda maghrib hingga Jumat, 18 Maret 2022 sebelum maghrib. Bagaimana hukumnya seseorang yang mengerjakan puasa setelah nisfu syaban? Apakah puasanya sah? Dalam Al Majmu Syarah Al Muhadzdzab, Imam Nawawi mengutip riwayat dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari kecuali jika ia bertepatan dengan puasa yang biasa dikerjakan oleh salah seorang dari kalian."
Baca juga: Cara Qadha Jika Lupa Jumlah Hutang Puasa Ramadhan
Puasa Hari Syak Jelang Ramadhan
Imam Nawawi mengutip Asy-Syirazi bahwa seorang muslim tidak boleh berpuasa pada hari ragu (hari syak). Maksud hari ragu ini adalah hari ketika tidak dapat dipastikan apakah hari tersebut masih Syaban ataukah sudah Ramadhan seperti yang tersurat dalam hadis di atas. Jika ada seseorang berpuasa pada hari ragu dengan niat puasa Ramadhan, puasanya tidak sah. Bagaimana jika seorang muslim mengerjakan puasa qadha pada hari syak tersebut? Asy-Syirazi menyebutkan hukumnya makruh, tetapi dinilai mencukupi. Senada dengan itu, Imam Nawawi juga menyebutkan, jika puasanya untuk puasa qadha', puasa nazar, atau puasa kafarat maka ia mencukupinya. Terkait kemakruhannya, secara umum kalangan ulama mazhab Syafi'i menyebut puasanya makruh. Namun, terdapat pendapat dari Ad-Darimi bahwa puasanya tidak makruh.
Jika puasa pada hari syak ini adalah puasa sunnah, Imam Nawawi menyebutkan, "jika ada sebab, misalnya ia terbiasa puasa setahun atau puasa sehari dan berbuka sehari (puasa Daud) atau puasa hari tertentu seperti puasa hari Senin lalu hari syak bertepatan dengan hari Senin tersebut maka boleh, tidak ada perselisihan pendapat." Dalilnya adalah riwayat dari Abu Hurairah di atas, "kecuali jika ia bertepatan dengan puasa yang biasa dikerjakan oleh salah seorang dari kalian." Jika puasa sunnah tersebut tidak ada sebabnya, atau tidak terjadi karena kebiasaan, maka Imam Nawawi menyebutkan puasa sunnah pada hari syak dinilai haram. Ini merujuk pada hadis yang sama, "Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua hari". Segbagai catatan, jika puasa hari syak tersebut disambung dengan puasa sebelum pertengahan Sya'ban maka puasa tersebut diperbolehkan. Yang tidak diperbolehkan adalah, jika puasa hari syak tersebut disambung dengan puasa setelah pertengahan Sya'ban.
Baca juga: Cara Qadha Jika Lupa Jumlah Hutang Puasa Ramadhan
Puasa Qadha Setelah Pertengahan Sya'ban
Bagaimana dengan puasa qadha setelah pertengahan Sya'ban? Puasa qadha, bersama puasa Ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nazar, hukumnya wajib dikerjakan. Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah 184, "... Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin ...." Idealnya, puasa qadha dilakukan sesegera mungkin setelah Ramadhan berlalu, dengan tetap memperhatikan hari-hari kala diharamkannya puasa. Namun, batas akhir qadha Ramadhan adalah sebelum Ramadhan berikutnya, dalam hal ini maksimal bulan Sya'ban. Bagaimana jika seseorang tidak berkesempatan membayar utang puasa Ramadhan hingga setelah pertengahan Syaban atau usai malam nisfu Syaban? Jawabannya, puasa qadha itu hukumnya wajib, sehingga qadha mesti tetap dikerjakan. Dalam kasus seseorang belum menebus puasanya hingga 21 atau 22 Syaban, maka ia tetap harus mengerjakan puasa qadha tersebut. Terkait qadha, dalam Al Majmu Syarah Al Muhadzdzab, Imam Nawawi mengutip pendapat Asy-Syirazi bahwa jika seseorang mempunyai utang puasa Ramadhan dan tidak mempunyai uzur, maka tidak boleh mengakhirkannya sampai datang Ramadhan berikutnya. Jika orang tersebut tetap mengakhirkan qadha sampai datang Ramadhan berikutnya, maka ia harus membayarkan makanan satu mud pada setiap harinya. Pendapat ini merujuk dari riwayat Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Abu Hurairah. Mereka berkata tentang orang yang mempunyai utang puasa, namun ia tidak mengerjakannya hingga datang Ramadhan berikutnya Ia harus memberikan makanan untuk puasanya.
Baca juga
artikel terkait
RAMADHAN 2022
atau
tulisan menarik lainnya
Fitra Firdaus
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|