Apa yang kamu ketahui tentang peristiwa ambarawa

Apa yang kamu ketahui tentang peristiwa ambarawa

Apa yang kamu ketahui tentang peristiwa ambarawa
Lihat Foto

Youtube

Monumen Palagan Ambarawa

KOMPAS.com - Kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak dicapai dengan cara yang mudah, namun melalui perjuangan yang berat dan panjang.

Pertempuran bersenjata adalah salah satu bentuk perlawanan Bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Salah satu pertempuran untuk memperjuangkan Kemerdekaan RI adalah pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa.

Pertempuran Ambarawa terjadi di Ambarawa yaitu salah satu kecamatan di Kota Semarang pada tanggal 20 oktober 1945 hingga 15 desember 1945.

Pertempuran Ambarawa bertujuan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang dideklarasikan dua bulan sebelumnya yaitu 17 agustus 1945.

Baca juga: Perjuangan Fisik dan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Pertempuran Ambarawa disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Setelah kekalahan Jepang dan dideklarasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, sekutu berjanji untuk tidak mengganggu Kemerdekaan RI. Pihak sekutu mengirimkan pasukannya ke Ambarawa untuk mengurus dan merehabilitasi tawanan perang.

  • Kerja sama Sekutu dengan NICA

Kedatangan tentara sekutu yang disambut baik karena dianggap menghargai Kemerdekaan RI dan hanya mengurus rehabilitasi tawanan perang ternyata bekerja sama dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Bukannya mengurus tawanan perang, sekutu malah membebaskan dan mempersenjatai tawanan perang tersebut.

  • Pertempuran antara TKR, tentara sekutu, dan NICA

Tentara sekutu yang bekerja sama dengan NICA dalam kedok rehabilitasi tetapi mengumpulkan tawanan perang dan mempersenjatainya menimbulkan amarah Bangsa Indonesia yang merasa dihianati.

Dilansir dari Ditjen Kebudayaan, hal ini membuat pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan dan tentara sekutu pada 26 oktober 1945 di Magelang.

Baca juga: PKI dan Perjuangan Pergerakan Nasional

  • Pelanggaran gencatan senjata oleh Sekutu

Presiden Soekarno kemudian turun tangan untuk menghentikan pembebasan tawanan perang oleh sekutu. Presiden Soekarno menggagaskan perjanjian gencatan senjata yang kemudian disetujui oleh pemimpin pasukan sekutu yaitu Brigadir Jendral Berthel pada 2 November 1945.

Namun lagi-lagi sekutu mengingkari perjanjian tersebut dengan membombardir desa-desa dan berusaha melucuti TKR sehingga meletuslah pertempuran Ambarawa.

Kembali ditindas oleh sekutu, Ambarawa tidak diam saja. Perlawanan Ambarawa untuk mengusir sekutu dipimpin oleh letkol Isdiman. Namun Letnan Kolonel Isdiman gugur sehingga pasukan diambil alih langsung oleh Kolonel Soedirman.

Baca juga: Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah

Pertempuran Ambarawa berlangsung sangat sulit. TKR harus melawan pasukan sekutu yang bersenjata cangih dengan meriam artileri, bom, kendaraan lapis baja, dan juga tembakan dari pesawat.

Akhirnya pasukan sekutu dapat dipukul mundur dengan strategi Kolonel Soedirman yang cerdas juga semangat mempertahankan kedaulatan RI yang sangat besar dari para tentara TKR pada tanggal 15 desember 1945.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Suara.com - Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Pertempuran Ambarawa dikenal  juga sebagai Palagan Ambarawa. Peristiwa tersebut terjadi pada 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. 

Pertempuran ini merupakan bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap sekutu, atau lebih tepatnya tentara Indonesia dan Inggris. Peristiwa tersebut bermula saat sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atau pemerintah sipil Belanda justru mempersenjatai tawanan perang Belanda di Ambarawa dan Magelang. 

Berikut Kronologi Pertempuran Ambarawa 

- 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan dalih mengurus tawanan perang. Ternyata, kedatangan pasukan tersebut diboncengi oleh kepentingan pemerintah Belanda. Mereka justru mempersenjatai para tawanan perang dan berhasil membuat keributan.

Baca Juga: Asal Usul Kubu Raya, Kabupaten Termuda di Kalimantan Barat hingga Nama Unik

- 26 Oktober 1945, terjadi pertempuran antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pasukan Inggris-NICA di Magelang.

- 2 November 1945, Soekarno dan Bethell datang ke Magelang untung berunding. Pertempuran tersebut berhenti setelah Soekarno dan Brigadir Bethell sepakat untuk gencatan senjata. 

- Hasil perundingan meliputi: 

  1. Sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi APW. 
  2. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia dan Inggris. 
  3. Inggris tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawah kekuasaannya

- 20 November 1945, terjadi pertempuran antara TKR pimpinan Mayor Sumarto dan pasukan Inggris. Pertempuran tersebut dilatarbelakangi oleh Inggris  yang mengingkari perjanjian.

- 21 November 1945, pasukan Inggris di Magelang dipindahkan ke Ambarawa. Pasukan tersebut dilindungi oleh pesawat-pesawat udara.

Baca Juga: Mengenal Hang Nadim, Laksamana Jihad Jadi Nama Bandara Internasional Batam

- Pertempuran mulai memuncak pada 22 November 1945. Tentara Inggris menyerang dengan mengebom kampung-kampung di sekitar Ambarawa.

Dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, para tokoh sentral pergerakan dianugerahi gelar pahlawan nasional. Salah satunya adalah Jenderal Soedirman. Selain dikenal sebagai gerilyawan dalam perjuangannya, Soedirman juga menghadapi berbagai pertempuran kota, salah satunya adalah apa yang terjadi di Ambarawa, atau biasa kita kenal sebagai pertempuran Ambarawa. Dimana, sang Jenderal melawan Inggris dan Belanda.

Sesuai namanya, Pertempuran Ambarawa atau disebut juga Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat Indonesia terhadap sekutu atau Inggris dan Belanda yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang Jawa Tengah pada 20 November 1945 dan berakhir pada 15 Desember 1945. Pertempuran Ambarawa ini, dilatarbelakangi dengan mendaratnya pasukan Inggris di kota Semarang pada 20 Oktober 1945.

Kedatangan pihak sekutu untuk mengurus tawanan perang atau tentara Belanda yang saat itu berada di penjara Magelang dan Ambarawa, awalnya disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Bahkan, kedua negara melakukan kesepakatan, dimana pihak Indonesia akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas pihak sekutu, selama mereka berjanji tidak mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Sayangnya, niat pihak sekutu tersebut diboncengi oleh Netherlands Indies Civiele Administration (NICA) karena setelah pembebasan tawanan perang, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Maka pada 26 Oktober 1945 terjadilah sebuah insiden di Kota Magelang, dimana tentara sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuat kekacauan.

Meletusnya Pertempuran Ambarawa

TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol M Sarbini membalas tindakan tersedut dengan mengepung tentara sekutu dari segala penjuru. Untuk menenangkan suasana maka Presiden Soekarno dan Brigjen Bethel melakukan perundingan gencatan senjata pada 2 November 1945, tetapi sayangnya sekutu mengabaikan perjanjian dalam gencatan senjata tersebut sehingga meletuslah pertempuran pada 20 November 1945 yang kemudian menjalan ke dalam kota pada 22 November 1945.

Bala tentara sekutu melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR. Dengan tidak gentar pihak Indonesia melakukan pembalasan untuk mempertahankan wilayah dari sekutu, dimana pihak sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa, sehingga pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut.

(Baca juga: 7 Pahlawan Nasional Paling Fenomenal, Siapa Saja?)

Semangat perlawanan rakyat di Ambarawa yang bersatu dengan TKR membuat sekutu kesulitan menaklukan wilayah tersebut, meskipun harus mengorbankan Letkol Isdiman yang gugur di medan perang. Namun dalam perlawanan tersebut senjata yang digunakan oleh pasukan sekutu lebih modern, sehingga pasukan tentara Indonesia berhasil sedikit dikalahkan.

Kolonel Soedirman Pimpin Pertempuran

Setelah gugurnya Letkol Isdiman maka Komando Kolonel Soedirman yang saat itu merupakan Panglima Divisi Banyumas akhirnya langsung menuju Ambrawa dan memimpin komando seluruh TKR dan pasukan rakyat saat itu. Kehadiran Kolonel Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan tentara Indonesia.

Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat dengan siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak disemua sektor. Pada 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi serangan mulai dilancarkan dan Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang atau pengepungan rangkap dari kedua sisi, sehingga musuh benar-benar terkurung.

Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Kekuatan sekutu yang berada di Benteng Willem berhasil dikepung TKR 4 hari 4 malam, hal ini menyebabkan kedudukan sekutu terjepit dan muncul dari Ambarawa tepat pada 15 Desember 1945.

Berkat jasa-jasanya maka Kolonel Soedirman diangkat sebagai Jenderal Panglima Besar TKR. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan pada 15 Desember juga diperingati hari Infantri Nasional Indonesia.