Apa kata prabowo tentang genderuwo

Diskusi publik Topic of the Week bertajuk "Refleksi Malari: Ganti Nakhoda Negeri?", di Kantor Sekretariat Nasional Prabowo-Sandi, Jakarta, Selasa (15/1/2019). (ANTARA News/Syaiful Hakim)

Merdeka.com - Capres petahana Joko Widodo menyebut masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan politisi Genderuwo atau yang suka menakut-nakuti. Merespons itu, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, Dahnil Azhar Simanjuntak sepakat untuk tidak menebar politik yang horor.

"Genderuwo itu bentuknya gimana sih? Saya minta tolong dijelaskan dong. Mungkin Pak Jokowi tahu dan pernah melihat. Soalnya saya tidak pernah melihat," kata Dahnil kepada wartawan, Jumat (9/11).

"Terlepas dari Genderuwo yang dipahami dan mungkin pernah dilihat Pak Jokowi tersebut, saya sepakat dengan Pak Jokowi, laku politik yang menakut-nakuti menebar horor dengan melakukan stigmatisasi kepada kelompok lain yang kritis dan berbeda sikap politik harus segera disudahi," sambungnya.

Terkait itu, Dahnil meminta para pihak berhenti menebar ketakutan dengan ancaman hukum dan kekuasaan menggunakan alat negara, apalagi dengan kata-kata 'akan kami cari kesalahan kalian, kapan kalian tak pernah buat salah'.

"Setop menebar ketakutan Indonesia akan di Suriah-kan, sambil menuduh mereka yang menuntut keadilan sebagai anti NKRI dan anti Pancasila sementara Pemerintah bak fasis menganggap dirinya sebagai penafsir tunggal terhadap Pancasila dan paling benar," ucapnya.

"Setop menebar ketakutan kepada para ulama dan cerdik pandai yang kritis sebagai kelompok anti NKRI dan Anti Pancasila," tandas Dahnil.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono menilai, justru Jokowi yang kerap menakut nakuti masyarakat dengan statement rawan perpecahan.

"Sepanjang saya keliling Jawa enggak ada tuh masyarakat yang takut dan ragu-ragu atau khawatir, apalagi terjadi perpecahan jelang Pilpres dan Pemilu. Kan selalu ngomong ancaman perpecahan lah, tidak rukun lah kan pihaknya Joko Widodo sendiri atau Joko Widodo," kata Arief lewat pesan kepada merdeka.com, Rabu (9/11).

Arief meminta Jokowi membuktikan apakah ada atau tidak konflik di masyarakat jelang Pilpres 2019. Dia melihat, sepanjang tahun politik Pilpres, belum ada peristiwa saling bermusuhan antar masyarakat.

"Jadi ucapan Politik Genderuwo itu sebagai bentuk strategi Joko Widodo untuk menciptakan suasana seakan akan mencekam di masyarakat jelang Pilpres 2019 yang disebabkan Joko Widodo karena takut kalah kali," tuturnya.

Dia menekankan, sejauh ini masyarakat masih gembira dan bahagia hadapi pilpres. Serta tidak banyak tertarik dengan urusan isu perpecahan ,politik identitas atau ujaran kebencian. Masyarakat, kata Arief, cuma mengeluh di era Jokowi sembako mahal, tarif listrik mahal, telur mahal, susah buka usaha dan cari kerja.

"Jadi Kangmas Joko Widodo jangan baper dan bikin hoaks di masyarakat dong sampai bilang Politik Genderuwo segala," pungkasnya.

Baca juga:
PKS Soal Politikus Genderuwo: Jokowi Ingin Saingi Sandi yang Ngetop
PKS Optimistis Basis Suara Jokowi di Jateng dan Jatim Beralih Dukung Prabowo
Presiden Jokowi Sindir Gaya Politikus Genderuwo yang Menakuti Masyarakat
Elite PAN: Prabowo Sukses Masuk ke Kantong Suara Jokowi di Jatim & Jateng
30 Ulama Siap Menangkan Jokowi-Ma'ruf di Madura
Januari 2019, Demokrat Tancap Gas Kampanyekan Prabowo-Sandiaga
Reuni 212 di Monas pertimbangkan undang Prabowo-Sandiaga

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden Nomor urut 02 Prabowo Subianto kembali menyinggung susahnya mencari dana untuk kepentingan Pilpres 2019. 

"Mohon maaf dari awal kita mengakui, kita ini paket hemat (pahe), uang kita terbatas. Aku enggak bisa dapet pinjaman uang di bank-bank Indonesia, di luar negeri pun susah. Saya mau jual aset pun susah," kata Prabowo di HUT Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia di Mahaka Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (6/2).

"Teman-teman saya juga, Sandi juga. Kita bingung ini negara punya siapa? Punya genderuwo katanya. Punya genderuwo, aku jelek-jelek begini mantan prajurit loh," seloroh Prabowo.

Prabowo mengaku kesal karena susah mendapat kredit. "Hey elite, hey kau yang berkuasa, elite-elite Indonesia, aku jelek-jelek begini pernah mempertaruhkan nyawa untuk negeri ini. Sorry aja yah, aku pinjem uang enggak dilayani. Saya enggak apa-apa, tapi itu orang-orang yang tukang ngempalang utang rakyat dikasih lagi kredit terus menerus," ujarnya.

Meksi begitu, Prabowo mengaku tak masalah maju jadi capres bermodal logistik yang tak banyak. Dia yakin, rakyat Indonesia tulus dan bergotong royong untuk memenangkannya bersama Sandiaga Uno.

"Saya tidak mampu mengeluarkan uang banyak. Makanya ada yang mengatakan 'kok enggak ada ya baliho Prabowo-Sandi?' Memang sedikit, yang ada itu pun saya enggak tahu siapa yang pasang, relawan mungkin. alhamdulillah, terimakasih saya enggak bisa kasih kaos ke kalian," dia menandaskan.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Saksikan video pilihan berikut ini:

RM.id  Rakyat Merdeka - Prabowo Subianto menyinggung istilah genderuwo politik, yang sebelumnya dilontarkan Presiden Jokowi. Dia heran, perjuangan dalam politik kini dianggap sesuatu yang menakutkan. Sebab itu, Prabowo enggan menanggapi lebih jauh soal genderuwo. Khawatir malah tambah ruwet.

Akhir pekan kemarin, Prabowo memulai safari politik di Jawa Barat yang memang lumbung suara bagi Prabowo-Sandi. Pada Pilpres 2014, Prabowo-Hatta bisa menang 59 persen di sana. Untuk merawat konstituennya, Prabowo mulai berkampanye di Jawa Barat. Daerah pertama dikunjungi adalah Garut.

Eks Danjen Kopassus ini menghadiri acara bertajuk “Prabowo Menyapa” yang dihadiri Bupati Garut Rudy Gunawan. Dia juga menghadiri deklarasi Relawan Roemah Djoeang di Kabupaten Garut. Sorenya, Prabowo geser ke Tasikmalaya, berkunjung ke Pesantren Suralaya.

Apa yang disampaikan Prabowo kepada warga? Dia mengawali pidatonya dengan menyapa para hadirin. Bapak-bapak, emak-emak yang hadir di lokasi itu. Menurut Prabowo, sebenarnya tak ada kewajiban bagi mereka untuk datang, karena yang wajib hadir adalah para caleg.

“Tapi sebagian emak-emak, sebagian bapak-bapak, para kyai, para haji, Saudara melangkah ke sini itu berarti Saudara berpolitik," kata Prabowo. Apa arti politik? Prabowo bilang, politik artinya keinginan untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Karena itu, semua kalangan harus melek politik, termasuk kaum ibu.

Berita Terkait : Ibu Iriana Pantas Jadi Ibu Panutan

Namun, menurutnya, kini politik menjadi sesuatu yang menakutkan. Sehingga ada genderuwo politik, kata Prabowo, yang disambut tawa hadirin.

Sekadar latar, istilah genderuwo politik pertama kali muncul saat diucapkan Presiden Jokowi, pekan lalu. Genderuwo politik adalah istilah untuk politikus yang kerap menebar propaganda dan ketakutan, menakut-nakuti rakyat. Dalam mitos Jawa, genderuwo adalah sejenis siluman. Wujudnya manusia mirip kera, yang bertubuh besar dan kekar, dengan warna kulit hitam kemerahan. Sekujur tubuhnya ditumbuhi rambut lebat. 

Sayang, Prabowo tak melanjutkan komentarnya. Dia khawatir, omongannya bisa menambah heboh karena dikutip awak media. “Saya juga nggak tahu tampangnya (genderuwo politik), jangan dilanjutkan bicaranya. Ada TV di sini, peace, peace," katanya sambil mengacungkan dua jari.

Prabowo kemudian melanjutkan, kehadiran ibu-ibu dalam kampanyenya, merupakan upaya untuk memperbaiki kehidupan. Karena masyarakat merasakan betul sulitnya kehidupan saat ini. Padahal, bisa saja yang hadir dalam saat ini hanya para calon legislatif. “Semua yang datang ke sini pasti karena ada tanggung jawab, karena sadar berpolitik," ucapnya.

Menurut Prabowo, orangtua pun harus ikut berpolitik karena bertanggung jawab atas kehidupan anak. Jika perekonomian negara rusak, sudah pasti akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Karena itu, Prabowo menegaskan, dia maju menjadi capres untuk memperbaiki perekonomian bangsa.

Berita Terkait : Jokowi Sebut Politisi Genderuwo, Itu Prabowo Pak?

Kaum ibu juga begitu. Punya tanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Kaum ibu harus diperhatikan karena melahirkan generasi penerus bangsa. Jika kaum ibu tidak sehat dan kuat, generasi penerus bangsa juga pasti tidak sehat dan kuat.

Terpisah, Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie masih senang menggunakan istilah genderuwo dan sontoloyo. Saat menyampaikan sambutan di acara deklarasi Pertiwi Dukung Jokowi, Grace kembali menggunakan istilah genderuwo. Bekas penyiar ini mengatakan, perempuan adalah korban pertama jika golongan tersebut menang.

“Kalau sampai politikus sontoloyo dan genderuwo yang menang, korban pertamanya adalah perempuan dengan adanya diskriminasi,” kata Grace. Dia menyebut, sebetulnya sosok perempuan, apalagi perempuan yang sudah menjadi ibu, lebih tidak peduli terhadap pemilihan presiden.

Namun, ia menyebut ibu-ibu itu tergerak hatinya, setelah mendengar isu harga pangan yang naik. Dia menyebut, pilihan kaum ibu-ibu dengan memilih Jokowi-Maruf sudah tepat. Jokowi sosok yang hadir memikirkan kaum ibu-ibu.

“Tetapi yang menarik, yang terjadi beberapa tahun terakhir, ketika ada seseorang pemimpin yang datang dari kalangan biasa. Dia bukan ningrat, bukan anak ketua partai, dan tidak punya darah biru politik. Tetapi di partai, ia berhasil jadi pemimpin. Dia sukses jadi walikota, gubernur, sampai jadi presiden. Dia menggunakan politik untuk sebuah tujuan yang baik,” ungkap Grace.

Berita Terkait : Digendong Prabowo, Anak Kecil Menangis

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno, menyarankan dua kubu mulai berkampanye yang substantif. Tidak lagi saling sindir dan saling nyinyir.Pasalnya, jika terus ditanggapi, kampanye model begini tak akan kelar-kelar sampai pencoblosan nanti.

“Kedua kubu mulailah bicara program. Adu gagasan. Menjelaskan visi misi masing-masing. Mulailah kampanye yang memuliakan akal dan bermanfaat bagi publik, kata Adi. [BCG]