Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. Keyakinan dan kepercayaan (bahasa Inggris: belief) adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa Bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Hubungan antara kepercayaan dengan ilmu pengetahuan terjalin dengan sangat erat. Orang-orang yang berkepercayaan biasanya dalam berargumen berkata bahwa mereka tahu segala mengenai argumentasi. Orang-orang yang berkepercayaan bahwa Matahari adalah yang mahakuasa akan mengatakan bahwa mereka tahu bahwa Matahari adalah yang mahakuasa. Namun, dalam istilah berkepercayaan dan ilmu pengetahuan yang digunakan oleh penggunaan filsafat akan berbeda. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari ilmu pengetahuan dan berkepercayaan. Sebuah masalah yang besar untuk epistemologi adalah dalam kerangka apa yang diperlukan untuk memiliki pengetahuan. Dalam sebuah gagasan yang berasal dari dialog Theaetetus oleh Plato, filsafat tradisional telah menetapkan bahwa kebenaran dari berkepercayaan adalah dibenarkan. Hubungan antara berkepercayaan dan ilmu pengetahuan adalah bahwa ilmu pengetahuan adalah bagian dari berkepercayaan jika berkepercayaan itu benar, dan jika berkepercayaan memiliki alasan pembenar (wajar dan harus masuk akal pernyataan/bukti/petunjuk).
tirto.id - Apa perbedaan kepercayaan dengan agama? Sebenarnya, kepercayaan dan agama punya kemiripan pengertian. Di Indonesia saat ini, istilah kepercayaan kerap dilekatkan dengan terminologi "penghayat aliran kepercayaan" setelah terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No.97/PUU-XIV/2016. Putusan MK tersebut menjamin aliran kepercayaan di Indonesia selain agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Buddha, Hindu, dan Konghucu, yang sebelumnya dianggap sebagai "agama resmi" di Indonesia. Terdapat banyak sekali aliran kepercayaan di berbagai daerah di Indonesia, misalnya kepercayaan Kaharingan bagi masyarakat adat Dayak, Sunda Wiwitan dari Jawa Barat, dan lain sebagainya.
Dalam kajian antropologi dasar, istilah kepercayaan biasanya membahas mengenai kepercayaan-kepercayaan yang dianut manusia di zaman pra-aksara (pra-sejarah) atau masa ketika manusia belum mengenal tulisan. Namun, kepercayaan juga berkaitan dengan kepercayaan agama, seperti kepercayaan politeisme yang meyakini banyak Tuhan, hingga monoteisme yang meyakini keesaan Tuhan.
Baca juga:
Secara istilah, kepercayaan ini lazimnya dihubungkan dengan keyakinan masyarakat bahwa benda-benda, makhluk hidup, atau zat supranatural tertentu memiliki kekuatan gaib yang alamiah, sebagaimana dikutip dari buku Antropologi (2009) karya Dyastriningrum.
Apa saja jenis-jenis kepercayaan? Berikut penjelasannya sebagaimana dikutip dari uraian "Perkembangan Agama dan Kepercayaan di Indonesia" yang ditulis Puji Lestari:
1. AnimismeSecara singkat, animisme artinya kepercayaan bahwa manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa atau roh tertentu. Kepercayaan animisme memuja roh, termasuk roh orang yang sudah meninggal, ada juga yang menyembah pohon atau binatang yang sebenarnya bukan benda atau materinya, melainkan jiwa atau roh yang ada dalam pohon atau binatang tersebut.
2. DinamismeKepercayaan dinamisme menganggap bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib. Dalam antropologi, kekuatan gaib yang diyakini penganut dinamisme itu istilahnya adalah mana. Karena itulah, kepercayaan dinamisme juga dikenal sebagai manaisme. Kekuatan gaib nan sakti itu, dalam pandangan dinamisme, berpengaruh pada hidup manusia. Pengaruhnya dapat berdampak buruk atau bermanfaat pada kehidupan sehari-hari. Sebagai misal, aliran dinamisme meyakini bahwa batu akik, keris, kain tertentu memiliki kekuatan sakti yang ampuh untuk digunakan dalam kesempatan-kesempatan tertentu.
Baca juga:
3. TotemismeSecara bahasa, totemisme berasal dari kata Ojibwa dari Suku Algonkin, Amerika Utara. Arti totem dapat berupa burung, ikan, binatang, atau tumbuhan tertentu. Totemisme meyakini bahwa ada daya atau sifat keilahian pada benda-benda tertentu, selain manusia. Kepercayaan ini menganggap bahwa hewan atau tumbuhan tertentu dapat memberi pengaruh, baik itu pengaruh baik atau dampak buruk bagi penganutnya. Lazimnya, penganut totemisme menganggap keramat hewan atau tumbuhan yang dipercaya sebagai totem, serta dilarang membunuh atau memakan hewan atau tumbuhan tersebut.
4. PoliteismeDalam bahasa Yunani, politeisme artinya banyak Tuhan. Dalam hal ini, politeisme meyakini bahwa Tuhan tidak esa, tidak tunggal, serta lebih dari satu. Biasanya, politeisme dianggap sebagai kepercayaan terhadap keberadaan dewa-dewi yang memiliki tugas-tugas tertentu untuk mengatur urusan semesta.
Baca juga:
Namun, sebenarnya, segala kepercayaan yang meyakini bahwa terdapat beberapa Tuhan yang mengatur urusan dunia, terkhusus perkara manusia, dianggap sebagai politeisme. Dalam aliran politeisme juga diyakini bahwa dewa-dewi tertentu lebih unggul daripada dewa lainnya. Misalnya, Dewa Zeus dianggap lebih hebat daripada Dewa Hermes, Dewi Afrodit, dan lain sebagainya.
5. PanteismeAliran panteisme meyakini bahwa alam semesta adalah Tuhan. Kepercayaan ini menafikan keyakinan bahwa Tuhan menciptakan alam atau kehadirannya di luar alam. Penganut panteisme berpendapat bahwa Tuhan itu melingkupi segalanya melalui alam semesta ini.
6. MonoteismeBerkebalikan dengan politeisme yang meyakini banyak Tuhan, kepercayaan monoteisme berpendapat bahwa hanya ada satu Tuhan, yang esa, atau tunggal. Agama Islam, Yahudi, dan Kristen tergolong agama monoteis.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
ALIRAN KEPERCAYAAN
atau
tulisan menarik lainnya
Abdul Hadi
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|