3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam

MAKSUD hati ingin bercanda dan menghibur penonton, siapa sangka selebriti yang berinisial ZG justru dilaporkan beberapa pihak karena candaannya yang dianggap berlebihan dan menghina lambang negara.

Saat itu ZG menjadi bintang tamu dalam acara live di sebuah stasiun TV swasta (Selasa, 15/03/2016). Canda yang dimaksud menghibur justru menjadi bencana baginya. Ia dianggap melecehkan negara dan dijerat Pasal 24 UU No 24 Tahun 2009 serta Pasal 158 KUHP.

Di era informasi yang kian deras lagi terbuka ini, kisah ZG di atas hanyalah sebulir kisah dari hamparan kasus-kasus canda yang berlebihan lainnya.

Bagi seorang mukmin, berfikir sebelum berkata dan bertindak adalah hal yang mesti dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian. Apa yang keluar dari lisan adalah cermin utuh keadaan hatinya. Dari sana bisa terbingkai pula kualitas akhlak yang dipunyai.

Lisan dan seluruh anggota badan adalah karunia Allah yang patut disyukuri. Tentu saja dengan cara menggunakannya untuk hal yang bermanfaat. Bukan sebaliknya membuat Allah murka atau menjadi pemecah ukhuwah sesama Muslim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt) berfirman:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan, jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).

Islam adalah agama pertengahan (wasath), yang mengatur segala permasalahan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Termasuk dalam urusan kecil, seperti bercanda dan tertawa.

Dalam Islam canda dan tawa ini dibolehkan sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga pernah melakukannya. Disebutkan, Nabi biasa bercanda dengan istri dan sahabat-sahabatnya.

Diriwayatkan dari Al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu (Ra), dia berkata, seorang nenek tua mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Saw). Nenek itu berkata, wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Nabi menjawab: Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua. Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.

Nabi berkata: “Kabarkanlah kepadanya bahwa wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Rasulullah lalu membaca ayat:  “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung. Lalu Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Yang penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah: 35-37).

Sebagai penyempurna akhlak manusia, Rasulullah memberikan teladan adab-adab ketika bercanda. Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi agar candaan kita menuai pahala dan keberkahan. Berikut ini beberapa adab tersebut.

Pertama, jauhi dusta

Berkata jujur harus selalu ditanamkan saat berbicara, baik canda ataupun bukan. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar.” (HR. Ath-Thabrani).

Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Celakalah seorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad).

Kedua, jauhi kata-kata bathil

Tak sedikit perselisihan muncul berawal dari candaan. Olehnya bicaralah dengan kata-kata yang baik, termasuk dalam bercanda. Ghibah atau membicarakan orang lain termasuk perkataan bathil yang harus dijauhi.

Allah berfirman:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوّاً مُّبِيناً

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” [QS. Al-Isra’:53].

Ketiga, tidak banyak tertawa

Sesuatu yang berlebihan melampui kadarnya akan membawa dampak yang buruk. Pun demikian dengan tertawa. Tertawa yang berlebihan adalah akhlak yang tercela. Banyak orang tertawa berlebih-lebihan sampai terpingkal-pingkal ketika bercanda. Ini bertentangan dengan sunnah. Rasulullah mengingatkan hal tersebut: “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. At-Tirmidzi)

Keempat, jangan menghina dan mempermainkan agama

Allah berfirman:

لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُواْ مُجْرِمِينَ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Mengapa kepada Allah,dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?.” (QS. At-Taubah: 65)

Kelima, dilarang menakut-nakuti Muslim

Menakut-nakuti seseorang dalam bercanda tidak dibolehkan karena hal tersebut membawa mudharat. Suatu hari seseorang menyembunyikan cambuk milik sahabat yang sedang tertidur.  Waktu terbangun, orang itu ketakutan karena merasa kehilangan cambuk.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Saw) bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim membuat takut Muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud).

Demikianlah adab yang diajarkan oleh Rasulullah dalam bercanda. Dan inilah kesempurnaan ajaran agama Islam. Menjadikan setiap manusia selalu merasa sejuk dan aman jika hidup berdampingan dengan umat Islam. Sebab agama telah mengajarkan setiap sendi peradaban manusia dengan tuntunan adab-adab yang luhur lagi mulia.*/Arsyis Musyahadah, mahasiswa Pascasarjana UIKA Bogor

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Islam tidak melarang bercanda selama tidak langgar ketentuan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang Muslim juga harus memiliki senyuman dan kesenangan dalam menjalani kehidupannya. 

Menurut Syekh al-Mishri, dalam kitab berjudul Sa'ah Wa Sa'ah Nawadir Wa Ajaib karya Syekh Mahmud al-Mishri yang diterjemahkan Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi buku dengan judul “Semua Ada Saatnya: Seni Menikmati Hidup Lebih Seimbang” terbitan Pustaka Al-Kautsar, dijelaskan bahwa  seorang Muslim yang menenangkan dirinya dengan kisah-kisah unik, itu lebih baik bagi dirinya daripada menghabiskan energi yang dimilikinya untuk hal-hal yang diharamkan Allah SWT. 

Karena itu, dia pun menulis kitab yang memuat kisah unik dan menarik ini, yang mana pembahasannya terbagi menjadi empat bab. Pada bab pertama, penulis menyajikan beberapa tema menarik tentang hukum syariat Islam. Setidaknya ada 21 tema yang disajikan. Di antaranya tentang canda dan gurauan, baik yang diharamkan maupun yang dibolehkan. 

Syekh al-Mishri menjelaskan, dalam beberapa hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW bercanda dan bergurau dengan canda dan gurauan yang dibolehkan. Dia pun menceritakan berbagai bentuk candaan Rasulullah SAW. Kendati demikian, ada juga gurauan yang diharamkan. 

Menurut Syekh al-Mishri, jika gurauan tidak diletakkan pada tempatnya, maka pasti akan menyebabkan permusuhan. Jika manusia terus menerus melakukan itu dan bersikap berlebihan, maka pasti akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi individu dan masyarakat secara bersamaan 

Menukil pernyataan Ibnu Hajar Al-Asqalani, “Gurauan yang dilarang, jika di dalamnya terdapat sikap berlebihan, atau dilakukan secara terus menerus. Karena dapat melalaikan dari dzikir mengingat Allah dan memikirkan perkara-perkara penting dalam agama. Bahkan seringkali menyebabkan keras hati, menyakiti orang lain, dengki, tidak disegani dan tidak memiliki wibawa.” 

Syekh al-Mishri mengajak kepada umat Islam bergembira dalam naungan agama Islam yang mulia, serta mengurai senyuman untuk saudara-saudaranya yang seiman. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk mengalokasikan setiap waktu sesuai pada tempatnya, sehingga kita bisa hidup dengan seimbang.      

sumber : Harian Republika

Dalam hidup ini pasti bahagia jika di kelilingi orang-orang yang hobi bercanda. Serasa hidup isinya cuma bahagia saja. Bercandapun dalam Islam adalah hal yang diperbolehkan.

Walupun demikian, saat bersenda gurau juga ada adabnya. Harus ada rambu-rambu atau batasan agar niat bercanda kita tak menyakiti hati orang lain. Beberapa hal yang gak boleh dijadikan candaan dalam Islam. Baca baik-baik dan terapkan yuk!

3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam
ilustrasi bercanda (pexels.com/RODNAE Productions)

Bagi sebagian orang menyebut nama bukan nama aslinya atau julukan adalah hal yang wajar. Padahal jelas dalam Al-Qur'an mengolok-olok orang itu berdosa dan merupakan tindakan zalim sesuai Al-Qur'an dalam surat Al-Hujarat ayat 13.

" Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain, boleh jadi wanita-wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujarat: 11)

3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam
ilustrasi bercanda (pexels.com/William Fortunato)

Supaya terdengar lucu tak jarang kita mengarang cerita agar orang lain tertawa. Tindakan semacam ini tak dianjurkan dalam Islam karena ada unsur kebohongan. Sesuai hadis berikut ini:

"Dari Abu Hurairah RA, Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?" Maka Rasulullah SAW menjawab, " Tentu, hanya saja aku akan berkata benar." (HR. Ahmad)

3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam
ilustrasi bercanda (pexels.com/R M)

Menjadikan agama maupun asma Allah sebagai bahan bercandaan haram hukumnya. Karena menjadikan agama sebagai candaan sama saja menghina agama. Hal ini pun dijelaskan dalam QS. At-Taubah ayat 65:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?.” (QS. At-Taubah: 65)

Baca Juga: 5 Topik Obrolan yang Gak Pantas Jadi Bahan Bercanda Bareng Pacar

3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam
ilustrasi bercanda (pexels.com/MART PRODUCTION)

Islam mengajarkan untuk tak berlebihan melakukan tindakan, termasuk bersenda gurau. Karena sesuatu yang berlebihan akan menimbulkan mudharat dan tentunya tertawa berlebihan bukanlah ajaran Rasullullah SAW. 

Seperti hadits dari Aisyah RA, "Aku belum pernah melihat Rasullullah SAW tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun Beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam
ilustrasi bercanda (pexels.com/cottonbro)

Bahan yang tak boleh dijadikan bercandaan selanjutnya adalah mengenai pernikahan. Misalnya dengan mengucapkan, "saya akan menalak kamu!". Sebab candaan semacam ini bisa bernilai sungguhan. Jadi hati-hati saat berucap mengenai nikah, talak, dan rujuk.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, " Tiga hal yang apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh maka berguraunya pun dinilai sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh, yaitu: nikah, talak, dan rujuk" . (HR Abu Dawud)

Intinya tak setiap bahan pantas dijadikan candaan. Lebih bijak dalam melontarkan candaan, agar tak menimbulkan mudharat.

Baca Juga: 7 Tips Meningkatkan Iman dalam Islam, Senantiasa Terjaga Terus!

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

  • 3 hal yang tidak boleh bercanda dalam Islam