10 film zombie terbaik 2022

artikel terbaru

Download Ace Racer APK Versi Global 2022, Game Racing Mobile dengan Visual Kelas Atas!

Gaming

14 jam yang lalu

Download Picsart APK, Edit Foto dan Video dengan Fitur Paling Lengkap!

Tips

14 jam yang lalu

Jasa Sewa Pacar: Aplikasi, Tarif, Syarat untuk Rental Cewek/Cowok Online

Ragam

15 jam yang lalu

60 Inspirasi Kata-kata Hari Pahlawan 2022, Penuh Semangat Juang!

Quotes

15 jam yang lalu

Download YouTube Vanced APK v17.43.36, Nonton Video Bebas Iklan & No Ribet!

Tips

15 jam yang lalu

Download Higgs Domino RP APK v1.92 X8 Speeder, Bundle X8 Speeder & No Ads

Gaming

16 jam yang lalu

14 Live Bar Bar China Terparah 2022, Nonton Host Live Streaming Gratis!

Tips

16 jam yang lalu

Download RevHeadz APK Terbaru 2022, Imajinasi Berkendara Lewat Suara Mesin Terlengkap

Tips

16 jam yang lalu

Download FMWhatsApp v21.21.2 Terbaru 2022, Lebih Keren dari GBWhatsApp!

Tips

16 jam yang lalu

Link Nonton Terrifier 2 (2022) Full Movie Sub Indo, Aksi Badut Gila yang Bikin Perut Mual!

Hiburan

17 jam yang lalu

Tautan berhasil disalinX

x

X

Keluar dari JalanTikus

Apakah anda yakin untuk meninggalkan website JalanTikus?

Ya

Batal

Film fantasi bertemakan zombie atau mayat hidup, memang memiliki daya tarik tersendiri yang tidak akan pernah sepi penonton. Menurut seorang sarjana sastra Stanford University, Angela Becerra Vidergar, ketertarikan ini dapat ditelusuri dari munculnya perang nuklir selama Perang Dunia II.

"Visi kolektif kita tentang masa depan berubah drastis setelah peristiwa mengerikan di Hiroshima dan Nagasaki," jelas Angela. Penghancuran massal, kekerasan mengerikan dari Holocaust, hingga peristiwa Perang Dunia II, memunculkan kesadaran akan kapasitas manusia untuk melakukan kekerasan.

Hal ini yang memicu para pencinta film, membuat skenarionya sendiri di kepala mengenai apa yang mungkin saja terjadi di masa depan. Salah satunya, zombie apocalypse. Percaya atau tidak akan masa depan ini, tidak ada salahnya menonton sajian film yang memberikan sensasi menegangkan tersebut. Seperti rekomendasi film-film bertema zombie berikut ini dari Popbela. 

1. 28 Days Later (2002)

//www.youtube.com/embed/FcDhdb6J3rM

Film 28 Dyas Later adalah salah satu film mengenai zombie di awal tahun 2000-an yang perlu kamu tonton. Menceritakan tentang virus "Rage", pemicu agresi yang sangat menular yang dilepaskan di Inggris, setelah simpanse yang terinfeksi dibebaskan oleh sekelompok aktivis pembebasan hewan. Karena hal tersebut, virus ini menyebar dengan cepat di antara populasi internasional, mengakibatkan kekacauan yang merambah hingga ke seluruh dunia. 

Dibintangi oleh aktor Cillian Murphy, Naomie Harris hingga Brenda Gleeson, 28 Days Later bukan tipe film yang memiliki tingkat suspense tinggi, namun menyajikan sudut pandang yang menarik dari sisi sinematografi dan alur cerita. Jangan lupa juga saksikan sequelnya, 28 Weeks Later yang rilis pada tahun 2007.

2. Shaun of the Dead (2004)

//www.youtube.com/embed/LIfcaZ4pC-4

Jika kamu sedang tidak ingin menonton film yang menegangkan, maka Shaun of the Dead adalah film bertema zombie yang tepat. Menghadirkan komedi khas Inggris dengan dialog dan tingkah yang memancing gelak tawa, film arahan Edgar Wright ini akan sangat menghiburmu.

Berkisah tentang seorang salesman bernama Shaun (Simon Pegg) yang hidupnya tidak memiliki arah. Namun, hidupnya mendadak berubah ketika dia harus sendirian berurusan dengan orang-orang di sekitarnya yang berubah menjadi zombie. Turut dibintangi oleh deretan aktor komedi seperti Nick Frost, Kate Ashfield, Lucy Davis hingga Bill Nighy, Shaun of the Dead adalah film ringan yang tak lekang oleh waktu dan layak untuk dikoleksi.

3. Zombieland (2009)

//www.youtube.com/embed/8m9EVP8X7N8

Kami memilih Zombieland karena film ini akan memberikanmu tips cara bertahan di era zombie apocalypse secara tepat guna, Bela. Kenalkan, Columbus (Jesse Eisenberg) seorang pemuda logis yang akan menjadi pemandumu selama menonton film ini. Columbus memaparkan kenapa kamu perlu menjadi sosok yang fit dan rutin latihan cardio, double tap (tembak dua kali), hati-hati dengan kamar mandi, hingga selalu kenakan sabuk pengaman. Semua ini agar kamu bisa tetap bertahan hidup dalam situasi serangan zombie.

Salah satu film zombie yang jenaka, Zombieland turut menghadirkan Woody Harrelson sebagai Tallahassee, Emma Stone sebagai Wichita dan Abigail Breslin sebagai Little Rock. Dijamin, kamu nggak akan rugi waktu menonton film ini!

4. World War Z (2013)

//www.youtube.com/embed/Md6Dvxdr0AQ

Gambaran datangnya kepanikan mendadak serta jump scare yang akan membuatmu terkaget-kaget, terasa sangat total di film yang dibintangi oleh Brad Pitt ini. Dimulai dengan adegan aktivitas umum yang sangat normal, tiba-tiba saja kamu dikejutkan dengan situasi yang mendadak membuat semua orang lari terbirit-birit. Apa yang terjadi?

Di bawah arahan Marc Forster, World War Z menyajikan intensitas yang berkelanjutan dan seperti hanya memberikan jeda sedikit bagi penonton untuk bernapas. Kekacauan di awal adegan film, semakin terasa memuncak tanpa ampun hingga hampir di akhir film. Belum lagi situasi zombie yang berubah dalam hitungan detik dan akan mengejar siapapun yang mereka inginkan dengan berbagai cara.

5. Train to Busan (2016)

//www.youtube.com/embed/pyWuHv2-Abk

Salah satu film zombie yang kami yakin kelak akan menyandang gelar legendaris. Berkisah tentang Seok-woo (Gong Yoo) dan putrinya yang berada di kereta ke Busan untuk bertemu dengan istrinya. Namun, perjalanan itu berubah menjadi mimpi buruk ketika mereka terjebak di tengah wabah zombie di Korea Selatan.

Di bawah arahan Yeon Sang-ho, film ini sukses menyabet berbagai penghargaan perfilman baik di kategori Aktor Terbaik, Segi Teknis, Sutradara Terbaik, hingga pilihan favorit penonton. Hal ini berkat sajian alur cerita yang tak hanya padat ketegangan, namun juga menguras emosi penonton yang tak diabaikan oleh sang sutradara dan penulis cerita. Wajib nonton, nih!

6. #Alive (2020)

//www.youtube.com/embed/jQ8CCg1tOqc

Masih dari Korea Selatan, #Alive adalah situasi kekacauan zombie di era modern, yang memanfaatkan media sosial untuk saling berkomunikasi demi keselamatan diri. Yoo Ah-in dan Park Shin-Ye memberikan performa yang begitu memikat, sehingga sajian film arahan Il Cho ini pun terasa tak bertele-tele.

Il Cho bersama Matt Naylor yang juga bertindak sebagai penulis, sangat tidak mengesampingkan detail. Mulai dari alur cerita, penokohan, dialog, sinematografi hingga adegan sederhana namun sangat deskriptif. Kamu akan suka, nih!

7. Peninsula (2020)

//www.youtube.com/embed/2kE1Ydf4jIo

Ketika kabar Peninsula akan rilis, para pencinta film Train to Busan sudah tak sabar untuk menontonnya. Ya, inilah kelanjutan dari film tersebut, namun diambil dari pengalaman orang lain yang sama-sama melalui situasi zombie apocalyse pasca kekacauan di kereta api menuju Busan. Well, tidak mengecewakan, lho, Bela. 

Jung Seok (Gaang Dong-Won) adalah seorang mantan tentara, yang bersama dengan rekan satu timnya memulai misi untuk memerangi gerombolan zombie pasca-apokaliptik di semenanjung Korea. Hadir dengan situasi yang terasa lebih gelap dan mencekam, Peninsula menyusul kesuksesan Train to Busan, namun dengan jumlah zombie dan kekacauan yang lebih gila lagi. 

Itulah 7 rekomendasi film bertemakan zombie yang wajib kamu tonton, hasil kurasi Popbela. Selain menghibur, bisa jadi sarana pengetahuan kita dalam menghadapi situasi kacau nih, Bela.

Baca Juga: 15 Rekomendasi Film Horor Thailand yang Bikin Jantung Copot

Baca Juga: Berulang Tahun, Ini 5 Film Kim Woo Bin yang Bisa Obati Rindumu

Baca Juga: Popbela's Binge Watch: 5 Serial Baru Penuh Intrik dan Misteri

Apa judul film zombie yang lagi Viral?

Apa film zombie pertama di dunia?

Apa nama film zombie Korea?

Apa nama film zombie Jepang?

Zombie movies not only endure, but persist at the height of their popularity, neck and neck with vampire stories in a cultural race to the bottom, their respective “twists” on generic boilerplate masking a dead-eyed derivativeness. For the zombie film (or comic book, or cable TV drama), that boilerplate was struck by George A. Romero’s Night of the Living Dead, and its subsequent sequels established a loose conception of the undead threat: lumbering, beholden to no centralized authority, sensitive to headshots and decapitations.

If, according to Franco Moretti’s “The Dialectic of Fear,” the vampiric threat (at least as embodied in Count Dracula) operates chiefly as a metaphor for monopoly capital, binding those English bourgeois interlopers to his spell and extracting the blood of their industry, then the zombie poses a more anarchic, horizontalized threat. In post-Romero, hyper-allegorized zombie cinema, the hulking undead mass can be generally understood as the anti-Draculean annihilation of capital. Flesh and blood are acquired but not retained; civilization is destroyed but not remodeled. If zombies seem infinitely spongy as functional allegories for this or that, it’s their non-hierarchic function that retains the kernel of their monstrousness.

At their apex of their allegorical authority, zombies may fundamentally destroy, as attested by our favorite zombie films of all time. But that doesn’t mean their inexhaustible popularity as monster du jour can’t be harnessed to the whims of real-deal market maneuvering, their principally anarchic menace yoked to the proverbial voodoo master of capital. John Semley

Editor’s Note: This entry was originally published on October 21, 2019.

20. Night of the Comet (1984)

Night of the Comet’s scenario reads like the bastard child of countless drive-in movies, in which most of humanity is instantly reduced to colored piles of dust when the Earth passes through the tail of a comet that last came around—you guessed it—right about the time the dinosaurs went belly-up. Then again, just so you know he’s not adhering too closely to generic procedures, writer-director Thom Eberhardt irreverently elects a couple of pretty vacant valley girls—tomboyish arcade addict Reggie (Catherine Mary Stewart) and her blond cheerleader sister, Sam (Kelli Maroney)—and a Mexican truck driver, Hector (Robert Beltran), to stand in for the last remnants of humanity. With regard to its bubbly protagonists, the film vacillates between poking not-so-gentle fun at their vapid mindset, as in the Dawn of the Dead-indebted shopping spree (obligingly scored to Cindi Lauper’s anthemic “Girls Just Want to Have Fun”), and taking them seriously as agents of their own destiny. Lucky for them, as it happens, that their hard-ass old man taught them how to shoot the shit out of an Uzi—and look adorable doing it. It also doesn’t hurt that Eberhardt filigrees his absurd premise with grace notes like the cheeky cinephilia informing early scenes set in an all-night movie theater. Budd Wilkins

19. The Living Dead Girl (1982)

In The Living Dead Girl, the gothic ambience that elsewhere suffuses Jean Rollin’s work smashes headlong against the inexorable advance of modernity. The film opens with the vision of bucolic scenery blighted by the scourge of industrialization: rolling hills sliced up by concertina-capped fences, billowing smokestacks visible in the hazy distance. When some dicey movers deposit barrels of chemical waste in the family vault beneath the dilapidated Valmont chateau, a sudden tremor causes the barrels to spring a leak, reanimating the corpse of Catherine Valmont (Françoise Blanchard) in the process. Despite the gruesome carnage she inflicts on hapless and not-so-hapless victims alike, it’s clear that Rollin sees the angelic Catherine, with her flowing blond tresses and clinging white burial weeds, as an undead innocent abroad in a world she can no longer comprehend. The flm builds to a climax of Grand Guignol gruesomeness as Hélène (Marina Pierro), Catherine’s girlhood friend, makes the ultimate sacrifice for her blood sister. It’s an altogether remarkable scene, tinged with melancholy and possessed of a ferocious integrity that’s especially apparent in Blanchard’s unhinged performance. The film’s blood-spattered descent into positively Jacobean tragedy helps to make it one of Rollin’s strongest, most disturbing efforts. Wilkins

18. They Came Back (2004)

They Came Back is a triumph of internal horror, and unlike M. Night Shyamalan’s similarly moody freak-out The Sixth Sense, Robin Campillo’s vision of the dead sharing the same space as the living isn’t predicated on a gimmicky reduction of human faith. Campillo is more upfront than Shyamalan—it’s more or less understood that the presence of the living dead in his film is likely metaphoric—and he actually seems willing to plumb the moral oblivion created by the collision of its two worlds. Though the fear that the film’s walking dead can turn violent at any second is completely unjustified, the writer-director allows this paranoia to reflect the feelings of loss, disassociation, and hopelessness that cripple the living. It’s rather amazing how far the film is able to coast on its uniquely fascinating premise, even if it isn’t much of a stretch for its director: Campillo co-authored Laurent Cantet’s incredible Time Out, a different kind of zombie film about the deadening effects of too much work on the human psyche, and They Came Back is almost as impressive in its concern with the existential relationship between the physical and non-physical world. Ed Gonzalez

17. Zombi Child (2019)

Restlessly shuttling between 1960s Haiti and present-day France, Bertrand Bonello’s Zombi Child is a quixotic, slow-burn genre film is political largely in the abstract. While there are moments in in the film where a history of exploitation informs the relationship between the French, lily-white Fanny (Louise Labeque) and Haitian refugee Mélissa (Wislanda Louimat)—classmates at an all-girls school established by Napoleon Bonaparte—Bonello’s interests go much deeper than race relations. Zombi Child suggests two temporalities that exist parallel to each other. The film’s off-kilter mix of horror, historiography, and youth movie affords Bonello plenty of opportunity to indulge his pet themes and motifs. He spends much time lingering throughout scenes set at the academy on the sociality of the young women and their engagement with pop culture. In fact, Bonello’s fascination with the dynamics of these relationships seems to drive his interest in the horror genre more so even than the film’s most obvious antecedent, Jacques Tourneur’s I Walked with a Zombie—as is indicated by a pretty explicit homage to Brian De Palma’s Carrie. Sam C. Mac

16. Train to Busan (2016)

When divorced of message-mongering, the film’s scare tactics are among the most distinctive that the zombie canon has ever seen. The zombies here are rabid, fast-moving ghoulies that, as Train to Busan’s protagonists discover, are attracted to loud sounds and only attack what they can actually see. This realization becomes the foundation for a series of taut set pieces during which the story’s motley crew of survivors manipulate their way past zombies with the aid of cellphones and bats and the numerous tunnels through which the train must travel. The genre crosspollination for which so many South Korean thrillers have come to be known for is most evident in these scenes (as in the survivors crawling across one train car’s overhead luggage area), which blend together the tropes of survivor-horror and disaster films, as well as suggest the mechanics of puzzle-platformer games. Gonzalez

15. Zombi (1979)

Zombie lacks Romero’s allegorical undercurrents and horror-comedy hybridization, substituting instead a streamlined narrative that owes a substantial debt to H.G. Wells’s Island of Doctor Moreau and an all-encompassing mood of claustrophobic desolation. Taken on its own terms, it works quite agreeably as a visceral blow to the breadbasket, with one of the most outrageous and apocalyptic final scenes in the entirety of the subgenre. Some of the film’s most inventive shots are from zombie-cam POV, as the dead rise, shake off clods of dirt, and slouch toward the mission church. Attacks come fast and furious now, setting a frenzied pace that later zombie films like Evil Dead II and Dead Alive will utilize to infinitely more comic effect. By film’s end, only one couple remains, fighting their way back to a crippled ship. Adrift on the open sea, they catch a radio broadcast from New York. As it will in every mid-period Fulci film, hell has broken loose, and zombie hordes have overrun the outlying boroughs. In the fantastic final shots, as the panic-stricken newscaster narrates the zombie invasion of his radio station, a mass of zombies cross the Brooklyn Bridge into Manhattan. Wilkins

14. Cemetery Man (1994)

Michele Soavi’s Cemetery Man begins with an archetypal zombie-movie setup: On the seventh night after their burial, the dead return to life clamorous for fresh flesh, only to be summarily dispatched via the requisite bullet to the brain by cemetery custodian Francesco Dellamorte (Rupert Everett). But the film soon veers off into left field, becoming more than just a blackly comic object lesson in gruesome special effects. It also works as an unexpectedly poetic (not to mention melancholic) rumination on the pains and pleasures of romantic obsession, and, even more impressively, as a deliriously detailed descent into sheer madness. Soavi and screenwriter Gianni Romoli cleverly blur the lines between dream, delusion, and mundane existence, setting up a jaw-dropping finale that calls into question not only the reliability of the characters’ distinct identities but the very nature of reality itself. Wilkins

13. The Return of the Living Dead (1985)

“Not one more preppy!” vowed writer-director Dan O’Bannon when talking about the victims from The Return of the Living Dead, his tongue-in-cheek, splatter-laden homage to George A. Romero’s zombie pictures. Fed up with the generic Barbie and Ken-style actors that were getting sliced up wholesale in 1980s fright flicks, he fills his zombie movie with a group of snarling punk rockers (“What do you think this is, a fucking costume?” grouses one of them, whose studded leather jacket and lip chain define his character, “This is a way of life!”) and a soundtrack of West Coast punk music. The punk attitude, a combination of posturing and self-destructive irony, is a fine match for this most postmodern of zombie movies. O’Bannon’s filmmaking techniques are simple and resourceful, with shots following the actors around the room in consistent medium shots as they volley rapid-fire (and quotable) dialogue off of one another. It’s the zombie movie Howard Hawks never got to make, and frankly it’s less Rio Bravo than His Girl Friday with all the ribald humor on display. Jeremiah Kipp

12. Let Sleeping Corpses Lie (1974)

Secara tidak adil dipecat sebagai malam dari Knockoff yang hidup mati, Let Sleeping Mayat Jorge Grau memiliki kepekaan sendiri. Grau menghindari mentalitas Claustrophobia dan pengepungan film George A. Romero, alih -alih memainkan beberapa set piece -nya yang lebih mengganggu terhadap pelukisnya di pedesaan Inggris, serta memanfaatkan suasana luar biasa yang disediakan oleh Arsitektur Kebangkitan Gotik dari Gothic of of of of of of of of of of of of of of Revival Lokasi film. Apa yang dibagikan oleh Grau dan Romero adalah ketidakpercayaan yang mendalam terhadap tokoh -tokoh otoritas, yang dicontohkan di sini oleh Inspektur (Arthur Kennedy), seorang fanatik agama yang tidak memikirkan tidak ada penembak dari seorang tersangka yang tidak bersenjata dalam darah dingin. Jadi sepenuhnya inspektur mewakili nama hukum sehingga ia bahkan tidak memiliki namanya sendiri. Seperti yang dilakukan Jean Rollin dengan anggur kematian, Grau menunjukkan kepedulian terhadap masalah lingkungan: mesin pertanian eksperimental yang menggunakan radiasi ultrasonik alih -alih pestisida ternyata menjadi penyebab pemberontakan mayat hidup di tempat pertama. Wilkins

11. Day of the Dead (1985)

Relevansi pop-budaya malam orang mati yang hidup dan Dawn of the Dead mungkin sebagian bertanggung jawab atas pengabaian Day of the Dead yang terus-menerus. Siapa yang membutuhkan masalah sosial baru yang dimasukkan melalui pemeras alegoris Geroge A. Romero ketika patologi dari dua film pertama masih meresap saat ini? Itulah mengapa film ini layak dibahas dengan serius: mengenali upaya Romero untuk menghindari efek menjauhkan sindiran dengan menolak untuk memohon penyakit sosial era Reagan saja. Dengan film ini, Romero memilih untuk secara langsung menangani sifat emosi dan prasangka manusia yang mencabik -cabik kita terlepas dari hot spot global apa pun yang menginspirasi berita utama surat kabar dan debat politik. Perlawanan Day of the Dead untuk menjadi pigeonholed hingga dekade membebaskannya dari sekadar menjadi film zombie tahun 80 -an. Henderson

10. Prince of Darkness (1987)

Prince of Darkness, anak tengah dalam "trilogi kiamat" karya John Carpenter, "tidak mendapatkan perhatian sebanyak buku -buku, hal dan di mulut kegilaan, meskipun memiliki premis yang benar Selidiki tabung kuno yang berisi cairan hijau berputar -putar yang sebenarnya adalah Setan sendiri. Lucifer yang mencairkan ini segera memiliki gerombolan tunawisma setempat, termasuk rocker Alice Cooper, yang melanjutkan untuk mengepung gedung. Ini juga bukan satu -satunya jenis zombifikasi yang dipamerkan di sini: Undead baru mengungkapkan kegemaran untuk melarutkan ke dalam massa serangga yang menggeliat, atau menyemprotkan jet goo kental ke dalam mulut yang hidup, sehingga zombifikasi mereka dalam proses. Tapi film Carpenter jauh lebih dari efek ichor-sarat. Ia memiliki kepekaan yang sangat nyata, penuh dengan citra mimpi yang luar biasa, dan beberapa cermin dua arah yang bisa langsung keluar dari "trilogi orphic" Jean Cocteau. Wilkins

9. 28 hari kemudian (2002)

28 hari Danny Boyle kemudian adalah film zombie pasca-apokaliptik yang berhutang budi kepada tradisi John Wyndham dan George A. Romero, dibuka dengan pahlawan mudanya yang berkeliaran di jalan-jalan yang ditinggalkan memanggil “Halo! Halo!" ke dalam kekosongan. Keajaiban mendongeng ekonomi, film ini mengikuti segelintir orang yang selamat yang menghindari virus kemarahan yang mematikan yang merobek Inggris, kerusuhan dan kehancuran yang terjadi, dan legiun korban yang terinfeksi yang berkeliaran di jalanan untuk daging manusia. Perjalanan yang suram melalui terowongan bawah tanah mengingatkan salah satu bab terbaik di Stephen King's The Stand; Referensi yang serupa seperti itu jauh dari lelucon yang sombong, tetapi secara unik menghargai teks-teks horor sebelumnya. Virus kemarahan itu sendiri terasa sangat topikal di zaman modern kita. Tapi mungkin metafora yang lebih tepat adalah bahwa siapa pun yang berjuang melalui suasana hati yang gerombolan dan apokaliptik selama 28 hari di rehabilitasi akan menemukan sentimen bermusuhan mereka tercermin dalam Odyssey mimpi buruk yang dipicu kemarahan ini. Kipp

8. Deathdream (1972)

Grindhouse Threnody untuk Generasi Vietnam, Deathdream Bob Clark yang luar biasa adalah saraf mentah yang memancarkan kejutan dan kesedihan murni, sebagaimana dibuktikan oleh reuni Lynn Carlin dan John Marley untuk memerankan orang tua dari seorang swasta muda yang, setelah sekarat dalam pertempuran , kembali ke depan pintu mereka. Dengan gema "The Monkey's Paw," secara bertahap sadar pada keluarga yang awalnya lega bahwa jantung ungu Andy mungkin tidak lagi mengalahkan, namun dia haus akan darah, yang akan cukup mengerikan jika film itu tampaknya juga tidak menyarankan itu menunjukkan hal itu , apakah tentara pulang dari perang yang dihiasi atau dibungkus oleh bendera, mereka tidak pernah kembali seperti sebelumnya. Eric Henderson

7. [Rec] (2007)

Jaume Balagueró and Paco Plaza give the enervated “found footage” genre a fresh infusion of creditability by splicing together strands of the ungovernable viral epidemic from 28 Days Later and The Evil Dead franchise’s fixation on sudden demonic conversion. The making of an innocuous documentary about firefighters leads reporter Angela Vidal (Manuela Velasco) to an apartment building in Barcelona whose residents are quickly succumbing to some kind of plague. With its lean-and-mean 75-minute running time, [REC] unreels almost in real time, giving viewers precious little breathing room between increasingly ferocious attacks. As the survivors fight their way toward the penthouse, surely there’s some diabolical revelation at hand. What’s more, the film’s final image of a woman dragged off into all-consuming darkness has been endlessly imitated ever since. Wilkins

6. Pontypool (2008)

As rabble-rousing talk radio host Grant Mazzy, Stephen McHattie has a voice like a baritone snake, equal parts silky and sinister, and it’s very pointedly the main attraction of Bruce McDonald’s Pontypool. When his A.M. gig reporting school closings and interviewing clownish local theater troupes is interrupted by reports of unruly mobs tearing people to shreds with their mouths, he and the radio station’s producer and technician must sense of the apparent mayhem brewing outside, the cause of which eventually turns out to be the spoken word itself. Talk Radio by way of George A. Romero, the film implies that terms of endearment, baby gibberish, and military-related talk—all of which seem to be particularly contagious—have been so misused as to have dangerously lost all meaning. Nick Schager

5. Shaun of the Dead (2004)

Edgar Wright often concedes in his work that life is complicated and exhausting. The stuff we deal with every day, from relationships to familial responsibility to even just getting up for work in the morning, makes fending off zombies or cultists or straightforward baddies of any kind seem preferable. In the short-lived Channel 4 series Spaced, the struggle of two twentysomething creatives to claw their way out of dead-end minimum-wage jobs and see their loftier professional ambitions realized was tempered by fleeting retreats into pop-culture daydreams, where reality might look like Murder, She Wrote one moment and Resident Evil 2 the next. Shaun of the Dead took this device a step further: When a breakup violently disrupts the complacent man-child bubble of its hero, zombies arrive to violently disrupt the whole world along with it, reframing one man’s personal efforts to grow and learn the value of responsibility as a more literal question of life and death. Calum Marsh

4. Re-Animator (1985)

Stuart Gordon’s Re-Animator might be one of the most generous of all American horror movies—a low-budget go-for-the-guts splatter film that is simultaneously a parody and celebration of American chaos and kookiness. Many films have copied its memorable gore effects, but few have ever captured its remarkably sweet temperament. At its simplest, the film is a mad-scientist story, and Gordon and his co-writers, working from a series of stories by H.P. Lovecraft, are clearly aware of the classic implications of the horror film’s prototypical mad scientist—namely, that he’s an eccentric, largely lacking the social graces necessary to getting laid, who sublimates his unmet desires with experiments designed to render the traditional sexual act moot. Creating, or in this case, re-animating life is an act of playing God, but it’s also a hostile gesture toward womankind, an attempt to rob women of their monopoly on the perpetuation of the species as well as embrace a less emotionally complicated form of coitus. The mad-scientist story, then, is a revenge-of-the-nerd tale, and the film often plays as a well-made Revenge of the Nerds if it had featured non-traditional zombies. Bowen

3. Dawn of the Dead (1978)

Whether he knew it or not, George A. Romero was working toward Dawn of the Dead throughout the 1970s, his ambitions crystallizing into an operatic, seamy, tragic and trashy horror-action canvas. The film dramatizes cycles of revolution, following working-class characters as they get a taste of rarefied life, walling themselves off from the populace, in the traditions of our political leaders and celebrities, and resenting the people who come clawing at the gates for a taste of the wealth. When the protagonists are overthrown from the perch of their shopping mall, the new revolutionaries are corrupted as well, destroying a utopia that’s really a hell of impersonal corporate consumerism, leaving the dead—an endlessly evolving symbol of society’s marginalized outliers—to finally inherit the Earth. Yet Dawn of the Dead also revels in the promise of America. The film’s most exhilarating scenes show a miniature democracy in action, as men of color bond with white men and women to course correct a society that’s in its death rattle. They fail, but, in an ending that implicitly reverses Night of the Living Dead’s hopeless coda, they will themselves to rise again. Bowen

2. Saya berjalan dengan zombie (1943)

"Segalanya tampak indah karena Anda tidak mengerti," memperingatkan orang yang sinis Brit Paul Holland (Tom Conway) kepada seorang wanita Kanada yang naif ketika mereka berdua bepergian dengan perahu ke Hindia Barat. Mempertimbangkan ancaman menipu yang menjangkiti setiap bingkai keringat dari Woozy Jacques Tournuer, saya berjalan dengan zombie, kata -katanya bijak bertindak sebagai pertanda untuk hal -hal yang akan datang. Kematian di sini adalah unsur, mengendarai angin, terkubur di bawah bumi, dan berkilau seperti fluorescent di arus laut. Stoisisme Barat terbukti tidak berguna di tempat yang eksotis dengan trauma sejarah yang sangat mendalam. Untuk kehidupan film yang frustrasi secara emosional, kelangsungan hidup berarti menghormati tradisi dan takhayul lokal, bahkan jika itu berarti melompat lebih utama ke dalam lubang kelinci horor yang diisi voodoo. Glenn Heath Jr.

1. Night of the Living Dead (1968)

Roger Ebert dengan mengesankan menggambarkan efek Night of the Living Dead yang dimiliki George A. Romero pada sekelompok anak -anak pertunjukan Sabtu, menulis bahwa kesadaran mereka yang semakin cepat bahwa film itu tidak akan bagus - dan pada kenyataannya, akan terjun a Taman Taman Jauh ke dalam rongga dada Mommy - membuat mereka menjadi air mata histeris. Mungkin mereka secara tidak sadar diakui dalam subteks politik dan sosial film ini banyak cara orang dewasa gagal, bagaimana pergolakan menghancurkan semua ilusi stasis sosial, bagaimana perlombaan senjata mendorong jam kiamat menuju tengah malam, bagaimana unit keluarga nuklir berada di ranjang kematiannya di ranjang kematiannya . Atau mungkin penggambaran hitam Romero, impresionistik, dan berdarah tentang orang yang hidup di bawah pengepungan oleh orang mati adalah dan tetap di antara film-film paling menakutkan yang pernah dibuat. Henderson

Apa film zombie nomor 1?

Film apa yang memiliki zombie paling menakutkan?

Film zombie mana yang terbaik Netflix?

Apakah 28 hari kemudian menakutkan?